Minyak tanah menjadi satu di antara bahan bakar minyak yang dibutuhkan
masyarakat, seperti menghidupkan kompor atau pelita. Meski pemerintah
telah berusaha untuk menekan ketergantungan terhadap minyak tanah
dengan menyediakan elpiji kilogram, kerosin masih sangat dibutuhkan.
Bahkan, orang seperti Akiang menjadikan kerosin sebagai sumber
kehidupannya. Selama 22 tahun berkeliling menjual minyak tanah. ADONG
EKO, Pontianak
JARAK yang ditempuh tidaklah dekat, bagi Akiang yang usianya sudah
mencapai 70 tahun. Ia harus berjalan kaki dari Parit Baru, Kubu Raya
menuju Pontianak untuk menawarkan minyak tanah yang telah dibelinya
kepada agen. Dari tahun 1990, sebelum reformasi, hingga sekarang,
dengan gerobak kayu yang berisikan sepuluh jeriken berisikan minyak
tanah, lelaki yang berusia lebih dari setengah abad ini mendatangi
satu persatu rumah yang sudah menjadi pelanggan tetapnya. “Kalau
dihitung dari tahun 1990, kira-kira sudah 22 tahun saya jualan
minyak tanah keliling,” katanya.
Tidak ada pelindung, seperti payung yang digunakan sebagai pelindung
dari sengatan matahari. Hanya helmet kerupuk bekas, yang biasa
digunakan pengendara sepeda motorlah yang digunakannya. Akiang
yang sedang mendorong gerobak di Jalan Imam Bonjol pada Rabu (18/4)
laju mendorong gerobaknya. Bahkan saat hendak diwawancarai,
mengatakan tidak sempat karena harus mengambil minyak tanah kepada agen
di Kota Baru. “Saya mau ambil minyak tanah di Kota Baru, jadi tidak
sempat,” katanya.
Baru setelah dijelaskan, maksud dan tujuan, bapak yang kelihatan cepat
mendorong gerobak ini mengizinkan untuk diwawancara. Kepada Pontianak
Post, ia mengatakan, harus menempuh jalan yang cukup jauh untuk
menjual setiap liter minyak tanah. “Saya tinggal di Parit baru,
dengan gerobak ini saya menuju Pontianak untuk berjualan,” terangnya.
Lanjut dia, pekerjaan yang sudah dilakoni selama puluhan tahun ini harus
tetap dijalani karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa dikerjakan
selain berjualan minyak tanah secara keliling. “Sekarang mau kerja
apa umur sudah tua, kalau tidak kerja saya mau makan apa,” ucapnya.
Untung yang didapat dari berjualan minyak tanah tidak lah begitu besar.
Dari agen, ia mengambil perliter Rp7.500 dan dijual kepada
masyarakat Rp8.000 perliter. “Kalau mau jual mahal, siapa yang mau
beli. Untung sedikit tidak apa-apa yang penting minyaknya habis,”
katanya. Ia menambahkan, berjualan minyak tanah tidak setiap hari
dilakukan, setidaknya satu minggu tiga sampai empat kali. Tergantung
dari stok yang tersedia di agen. “Mau jual tiap hari, tapi stoknya
yang tidak ada,” terangnya. (*)