KOMPOR JELANTAH

Tabung GAS MELEDAK dimana – mana …. !!!!
Rumah HANCUR…. !!!

Korban ledakan terus BERTAMBAH …. !!!

STOP !!! Sekarang Hadir KOMPOR NABATI bahan bakar MINYAK NABATI

( Jelantah, Sawit, Jarak, Kopra, dll )


’’ Bersiaplah memasuki ERA BARU ’’


HARGA TERJANGKAU

API MUDAH DINYALAKAN
TIDAK BERBAU

PERAWATAN MUDAH

TIDAK MELEDAK





Cukup dengan  
Rp.330.000,- (14 sumbu)
Rp.450.000,- (24 Sumbu)
( belum termasuk ongkos kirim )



tidak ada TAMBAHAN BIAYA 
( Pembungkusan Paket )

tidak ada POTONGAN PENGEMBALIAN DANA (Apabila ada kelebihan Ongkos Kirim)


HAK PATEN : IDP.0023377 

Jelas lebih murah dibandingkan dengan
kompor GAS + Tabung GAS

Pilih mana ????
Harta / Nyawa TERANCAM
Atau
KOMPOR JELANTAH yang AMAN

Stock Barang Banyak




Kompor 14 Sumbu



Kompor 24 Sumbu



Nyala Api Tinggi






Demo Kompor Jelantah



Download Demo Kompor

Untuk pemesanan silahkan kontak kami di
082123029007



tidak ada TAMBAHAN BIAYA 
( Pembungkusan Paket )

tidak ada POTONGAN PENGEMBALIAN DANA (Apabila ada kelebihan Ongkos Kirim)


CARA ORDER CEPAT MELALUI SMS :

1. Sebutkan nama lengkap sesuai KTP
2. Sebutkan alamat lengkap + kota tujuan
(untuk menentukan ongkos kirim)
3. Sebutkan berapa unit yang anda pesan

4. Sebutkan Type Kompor yang dipesan 
5. Pilih BCA/ BNI/ MANDIRI untuk anda transfer + HP anda.

Kirim Via SMS ke nomor: 082123029007

CONTOH PESAN VIA SMS:
Asep Sanjaya, Order 2 Unit 24 sumbu, Jl Peledug No.1 RT02 RW03 Kelurahan Mustika kecamatan Mustika Sari bandung, jawa barat 14520, Via BCA.
(Kirim via SMS ke No: 082123029007)

1. Selanjutnya kami akan membalas total harga + ongkos kirim + rek bank.

Silahkan transfer anda ditambahkan 3 digit angka HP belakang Anda, untuk memudahkan kami mengenali transfer anda.

CONTOH:

Misal HP Anda: 0812xxx789 dan misal total Pembayaran anda Rp. 350.000,- Maka yang harus anda TRANSFER: Rp. 350.789,-

2. Konfirmasikan pembayaran anda setelah transfer :

FORMAT/CARA KONFIRMASI TRANSFER:
SEBUTKAN DENGAN JELAS:

Nama Anda, Nilai transfer, Ke rekening bank apa, Utk brp Unit .
(Jika Transfer dari rekening orang lain harap disebutkan nama pemilik rekeningnya).

CONTOH KONFIRMASI TRANSFER VIA SMS:

Asep Sanjaya, Telah Transfer: Rp.1.040.000, Via BCA, 2 Unit Kompor.
Konfirmasikan Via SMS ke : 082123029007


JANGAN SAMPAI NYAWA ANDA TERANCAM

KOMPOR JELANTAH AMAN 

TIDAK MELEDAK


PESAN sekarang !!!



tidak ada TAMBAHAN BIAYA 
( Pembungkusan Paket )

tidak ada POTONGAN PENGEMBALIAN DANA (Apabila ada kelebihan Ongkos Kirim)







Pemesanan Cukup SMS Ke Nomor: 
082123029007

1. Sebutkan nama lengkap sesuai KTP
2. Sebutkan alamat lengkap + kota tujuan (untuk menentukan ongkos kirim)
3. Sebutkan berapa unit
KOMPOR yang anda pesan

4. Sebutkan Type Kompor yang anda pesan
5. Pilih BCA/ BNI/ MANDIRI untuk anda transfer


PAKET DIKIRIM MENGGUNAKAN JASA PENGIRIMAN SAMPAI KE ALAMAT ANDA





SILAHKAN CATAT HP DAN SITUS KAMI



Untuk pemesanan silahkan kontak kami di
082123029007














Kebakaran di Cempaka Baru, 82 rumah hangus

Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 82 rumah di Jalan Letjen Suprapto RT 01 hingga RT 04/02, Kelurahan Cempaka Baru, Kemayoran, Jakarta Pusat hangus terbakar, Kamis pagi.
Kebakaran hebat melanda pemukiman padat di wilayah Jakarta Pusat ini diduga berasal dari tabung gas yang meledak milik salah seorang warga.

Kasie Operasi Sudin Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Damkar dan PB) Jakarta Pusat, Ahmad Lamping mengatakan, penyebab kebakaran masih diselidiki, namun diduga berasal dari kompor gas yang meledak.

Ahmad Lamping menambahkan, kebakaran di Kelurahan Cempaka Baru ini mengakibatkan sebanyak 82 rumah hangus terbakar dan terdapat 650 jiwa atau sebanyak 200 kepala keluarga (KK) menjadi korban di RT 01 hingga RT 04/RW 02.

"Api berhasil dipadamkan satu setengah jam kemudian. Saat ini petugas tengah melakukan proses pendinginan," kata Ahmad di Jakarta.

Dikatakan Ahmad, petugas sempat kesulitan memadamkan kobaran api karena tiupan angin yang cukup kencang ditambah sempitnya akses jalan menuju titik api. 

Tak hanya itu, pihaknya juga kesulitan mendapatkan sumber air, terlebih banyak hidran yang rusak akibat dirusak oknum yang tidak bertanggung jawab. 

"Jumlah kerugian masih dihitung. Tidak ada korban jiwa hanya beberapa warga mengalami luka ringan karena berusaha menyelamatkan harta bendanya," kata Ahmad.

Kobaran api kali pertama terlihat sekitar pukul 09.30 WIB. Saat itu, sebagian besar warga tengah sibuk dengan aktivitas masing-masing. 

Dengan cepat, api yang berkobar langsung membesar dan menghanguskan satu persatu rumah warga. Hembusan angin yang cukup kencang juga kian menambah kobaran api yang terus membesar.

Dibantu warga, petugas pemadam kebakaran yang tiba di lokasi kejadian langsung berupaya menjinakkan kobaran api. 

Sedikitnya, 40 unit mobil pemadam kebakaran dari Sudin Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Damkar dan PB) Jakarta Pusat dan Sudin Damkar dan PB Jakarta Timur dikerahkan untuk memadamkan si jago merah.

Tiupan angin yang cukup kencang ditambah akses jalan yang sempit menuju titik api menyulitkan petugas menjinakan si jago merah.

Siti Aminah (45) salah seorang warga menuturkan, sampai saat ini ia dan warga lainnya belum mengetahui secara pasti dari mana asal api hingga meluas dan membakar rumah-rumah warga. 

"Penyebabnya kita belum mengetahui, tapi tiba-tiba api sudah membesar dan warga langsung panik. Belum lagi terdengar suara ledakan membuat kita panik," ujarnya.

Penyebab Kebakaran di Tendean Jaksel

INILAH.COM, Jakarta - Empat kios di kawasan Tendean Jalan Kapten Piere Tendean RT 002/009, Mampang, Jakarta Selatan (Jaksel) tepatnya Komplek Polri Pondok Karya habis terbakar.

Menurut Winoto (34), api diduga dari ledakan mobil yang sedang di las. "Tadi kejadian sekitar 1 jam yang lalu pukul 14.00 WIB," ucapnya di lokasi, Senin (29/10/2012).

Dikatakan oleh Winoto, ada empat kios yang hangus terbakar dan lahan tersebut milik Sri. "Jadi ada kios bengkel las milik Kamso, bengkel mobil milik Supardi alias Agus, kios Warteg Bu Marta dan kios kosong milik Bu Sri pemilik kios-kios tersebut. Jadi itu kios kontrakan," ujar Winoto.

Sementara, petugas pemadam kebakaran pos terdekat, Abdul Wahid mengatakan api dari mobil yang sedang di las bamper bagian bawah dan ada yang bocor dari saluran bensin. "Itu diduga kena percikan las dan langsung terbakar," kata Wahid.

Kemudian, pihaknya langsung mengerahkan mobil pemadam kebakaran. "Kita dapat info dari masyarakat langsung menuju ke TKP, kita menerjunkan 11 unit pemadam kebakaran," ungkapnya.

Namun, untuk kerugian pihaknya belum bisa menaksir secara keseluruhan, tapi dari segi fisik 4 kios terbakar, 1 unit mobil dan motor hangus. "Kalau korban jiwa tidak ada, hanya Agus pemilik bengkel mobil syok masih pingsan. Kita akan mintai keterangan kalau sudah sadar," jelas dia.

Lima Orang Terbakar Gara-gara Tabung Elpiji Meledak

Jember - Sebuah tabung elpiji meledak dari rumah warga di Gang Cantikan, Jalan Trunojoyo, Kecamatan Kaliwates, Jember, Selasa (23/10/2012) pagi. Lima orang mengalami luka bakar serius.

Elpiji yang meledak itu, milik Amnah (70), warga setempat. Pagi itu, dia bersama putrinya Siti Romlah (40), dan tiga saudaranya sedang menggoreng roti yang sedianya akan dijual.

"Saya tiap hari memang berjualan kue," kenang Amnah ketika ditemui detiksurabaya.com, di ruang Mawar RSD dr Subandi Jember.

Saat asyik menggoreng roti itu, tiba – tiba tabung elpiji berukuran tiga kiloan yang mereka pakai, isinya habis. Saudara Amnah, Misjani dan Hendi lalu bermaksud mengganti gas elpji tersebut.

"Mendadak meledak, keras sekali. Saya merasa wajah saya panas sekali. Setelah itu saya sudah tidak ingat apa – apa lagi," kata Amnah.

Amnah mengaku tidak tahu apakah tabung elpiji itu bocor atau tidak. Sebab sebelumnya dia tidak mencium bau apapun yang mencurigakan. "Biasanya kalau bocor kan mengeluarkan bau," lanjut Amnah.

Selain Amnah, Siti Romlah, Misjani dan Hendi, satu korban lagi yakni Mustini. Mereka yang masih kerabat itu saat kejadian ada di sekitar elpiji yang meledak. Semua korban saat ini sedang dirawat di ruang Mawar RSD dr Subandi Jember.

"Rata – rata mereka mengalami luka bakar serius di wajah. Kita masih tangani dulu, kalau memang perlu dirujuk ke Malang atau Surabaya," kata seorang petugas medis yang minta namanya tidak ditulis.

(gik/gik)

Tabung Gas Meledak, 4 Orang Warga Kritis

Syamsul Arifin | The Globe Journal
Sabtu, 20 Oktober 2012 14:43 WIB
 
Lhokseumawe - Gara-gara tersenggol, satu unit tabung gas meledak hingga menyebabkan 4 orang warga kritis akibat terkena ledakan tabung tersebut. Kejadian itu terjadi pada, Sabtu (19/10) dini hari sekira pukul 01.00 WIB di kediaman Aisyah, gampong Mancang, Samudera, Aceh Utara.

Pada saat itu, keluarga Aisyah warga setempat sedang masak-masak untuk persiapan acara pesta pernikahan anaknya. Kepada The Globe Journal, Sabtu (20/10) Kapolsek, Ipda. Darma membenarkan insiden itu. Namun dalam musibah tersebut tidak menyebabkan kebakaran terhadap rumah korban.

Malam itu ibu-ibu sedang memasak, tiba-tiba tabung gas yang berada di dapur kesenggol oleh mereka, dan spontan saja tabung tersebut meledak hingga menyambar kompor yang berada diluar.

"Ledakan tabung gas itu akhirnya menyambar 4 orang warga hingga mengenai bagian tubuh mereka," ungkap Kapolsek Darma

Keempat warga tersebut masing-masing bernama, Aisyah (48) warga Mancang, Samudera, Kasmawati (43) warga Geudong, Sammak (64) asal gampong Mee, Matang Kuli dan kemudian yang terakhir bernama Nurhadiah (38) warga gampong Blang.
"Kini keempat korban tersebut kritis dan masih menjalani perawatan yang intensif di rumah sakit terdekat," demikian Kapolsek Samudera, Ipda. Darma

Mita Kembali Bergejolak

Airtawar, Padek—Kelangkaan minyak tanah (mita) kembali terjadi di Kota Padang. Hampir di se­mua pa­ng­kalan, terjadi antrean panjang mas­yarakat un­tuk men­da­patkan mita. Ke­la­ng­kaan ini mem­buat har­ga minyak ta­nah di ti­ngkat pengecer ber­ge­rak liar.

Pantauan Padang Ekspres di pangkalan mita di Kecamatan Padang Utara, Padang Timur dan Ku­ranji, warga antre berjam-jam menunggu giliran. Untuk me­ner­tibkan antrean ini, ter­paksa jeriken warga diikat dengan tali hingga memanjang beberapa meter. 

Harga mita di tingkat pe­nge­cer pun naik. Jika di pangkalan se­harga Rp 2.800 per liter, oleh pedagang eceran dijual Rp 4.500 hi­ngga Rp 5.000 per liter. Mas­yarakat juga mengeluhkan min­yak tanah yang berubah war­­na menjadi hitam. Mar­yati, 55, warga Pe­rum­nas Airtawar, Ke­ca­matan Padang Utara me­nga­ku kesulitan men­­­dapatkan minyak ta­nah sejak sepekan ini. Se­jum­lah warung yang bia­sa­nya men­ju­al mita, kini kehabisan stok. “Su­dah beberapa hari ini, saya susah mendapatkan minyak tanah. Kalau kompor tidak hi­dup, saya terpaksa membeli nasi bungkus,” ujar wanita yang sudah tiga hari itu tidak masak di rumahnya.

Zulham, 39, warga Flam­bo­yan, Kecamatan Padang Barat juga mengeluhkan hal sa­ma. “Untuk men­da­pat­kan­nya sulit. Harganya juga ma­hal,” ujarnya.

Di sisi lain, Yanah, 45, warga Belimbing, Kecamatan Kuranji mengakui stok mita di pangkalan dekat rumahnya lebih cepat habis dari biasanya.

Mita Warna Hitam

Sudahlah langka dan ma­hal, kualitas mita pun buruk. Seharusnya bening, warna mita yang dijual agak ke­co­ke­lat-cokelatan sejak sebulan lalu. 

Masrial, 40, warga Sebe­ra­ng­padang, Kecamatan Pa­dang Selatan, cemas meng­gu­nakan mita tersebut untuk memasak karena khawatir kompor mele­dak. “Ketika saya menanyakan ke­pada agen, dia awab sudah dari sananya,” kata Rasidah, 60, warga Ku­ranji.


Karena kejadian tersebut, Rasidah enggan membeli mita. “Biarlah saya memasak pakai kayu bakar saja,” ujarnya.

Stok Aman

Secara terpisah, Sales Retail BBM Pertamina Sumbar Ziko Wahyudi ketika dihu­bu­ngi Padang Ekspres meng­klaim stok minyak tanah untuk wilayah Sumbar khususnya Padang masih aman.

“Masyarakat Sumbar mem­butuhkan minyak tanah an­tara 570 sampai 575 kiloliter se­bulan. Sebagian besar di­kon­sumsi oleh Padang. Dengan jumlah itu, sedianya Sumbar tidak akan kekurangan stok dari Depot Pertamina Teluk Kabung,” tuturnya.

Pejabat Pemberi Informasi Pertamina, Suroto me­nam­bahkan, dalam sebulan te­rak­hir warna minyak tanah beru­bah menjadi warna hitam.
“Berubahnya warna mi­nyak tersebut disebabkan be­kas tangki kapal CPO pe­nga­ng­kut BBM jenis minyak tanah,” ujarnya.

Ia mengatakan, minyak tanah tersebut juga telah diuji oleh Pertamina ke labo­ra­to­ri­um.

“Dari hasil yang dike­luar­kan oleh laboratorium, minyak ter­sebut tidak berbahaya un­tuk digunakan dalam proses me­­masak,” ucapnya. Namun be­gitu, dia berjanji dalam waktu dekat warna mita akan kembali seperti biasa karena ta­ng­ki kapal CPO pengangkut BBM telah dibersihkan.

Tabung Gas Meledak Bakar Setengah Rumah

Metrotvnews.com, Mandailing Natal: Sebuah rumah di Mandailing Natal, Sumatra Utara, Rabu (25/4) petang, nyaris terbakar. Pasalnya tabung gas berukuran tiga kilogram di dalam rumah, tiba-tiba meledak.

Ledakan tersebut membuat pemilik rumah menjerit minta pertolongan warga. Sontak, warga sekitar rumahnya langsung datang dan menghubungi pemadam kebakaran.

Petugas pemadam kebakaran yang tiba di lokasi, langsung memadamkan api. Namun, api sudah membakar setengah rumah.

Akibatnya, sejumlah perabotan rumah dan bagian langit-langit hangus terbakar. Meski tak ada korban jiwa, kerugian ditaksir hingga puluhan juta rupiah.(TII)

Harga Minyak Tanah di berau Rp15 Ribu Per Liter

TANJUNG REDEB- Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di Kabupaten Berau saat ini berimbas dnegan melambungnya harga minyak tanah. Saat ini, harga minyak tanah di berau per liternya mencapai antara Rp13 ribu hingga Rp15 ribu.
Kelangkaan minyak tanah yang menyebabkan melabungnya harga, itu baru terjadi sekitar sepekan ini. Pasalnya, minyak tanah saat ini sulit didapatkan oleh para pengecer di agen-agen yang ada di Berau. Diketahui, minyak tanah merupakan salah satu bahan kebutuhan utama para ibu rumah tangga (IRT) di Berau.
”Apa yang terjadi di Kabupaten Berau saat ini, belum selesai karena sulitnya mendapatkan BBM serta harganya yang luar biasa. Sekarang giliran minyak tanah lagi yang mengalami kelangkaan dan bahkan haraganya pun selangit untuk bisa mendapatkannya,” kata Roni, warga Berau saat ditemui membeli minyak tanah di salah satu agen di Jalan Murjani Tanjung Redeb, Minggu (22/4).
Menurutnya, minyak tanah merupakan salah satu kebutuhan dapur warga Berau untuk bisa memasak. Karena tidak semua warga atau masyarakat Berau menggunakan gas elpiji dan itu hanya digunakan sebagian masyarakat. Di Berau saat ini warganya masih banyak yang menggunakan kompor minyak tanah.
Sermentara itu, dari salah satu pengecer mengungkapkan, sebelumnya pada awal April hingga seminggu ke depannya minyak tanah masih lancar saja diantarkan oleh agen terdekat. Namun,  belakangan ini tidak pernah lagi diantarakan.
Saat ditanyakan ke agen, alasannya minyak tanah sampai saat ini belum masuk, sehingga kekosongan yang terjadi. Hal itu bukan hanya di satu agen saja, namun hamper smeua agen di berau.
Di dalam hal ini, katanya, seharusnya instansi terkait sudah mulai memeriksa di lapangan dan mencari apa penyebab dari kelangkaan minyak tanah ini. Pasalnya, dengan kelangkaan ini, tidak saja harga yang naik, namun untuk mendapatkanya pun sangat sulit.
”Secara pribadi kita berharap kelangkaan minyak tanah ini jangan sampai terjadi seperti kelangkaan BBM yang sampai berlarut-larut. Apabila ini terjadi, tidak tahu apa yang harus warga lakukan. Kita berharap kepada Pemkab Berau, khususnya instansi terkait bisa segera turun ke lapangan,” kata Rony. (sp)

Muniarti Harus Antre Minyak Tanah Sejak Subuh

TRIBUNNEWS.COM, NUNUKAN - Hingga kini minyak tanah masih sulit diperoleh di Nunukan. Kelangkaan minyak tanah ini dikeluhkan sejumlah warga Nunukan. Warga merasa kesulitan memenuhi bahan bakar untuk kebutuhan memasak.
Pantauan  di lapangan, antrean panjang di agen-agen minyak tanah terus terjadi. Di salah satu agen penjualan minyak tanah, warga bahkan mulai mengantre sejak pukul 05.00 pagi. Mereka mengantre sejak subuh untuk menunggu datangnya pasokan minyak tanah.
Sebagian warga rela mengantre hingga siang hari, meskipun mereka harus berpanas-panasan hanya untuk mendapatkan 5 liter minyak tanah, sesuai jatah yang diberikan kepada mereka.
Muniarti, ibu rumah tangga yang ikut mengantre mengatakan, kelangkaan minyak tanah ini membuat mereka kesulitan mencari bahan bakar. Dengan kelangkaan minyak tanah ini, ia sempat beralih ke kayu bakar untuk beraktivitas sebagai ibu rumah tangga. Keluhan juga di sampaikan Rustam, warga lainnya yang ikut mengantre.
“Jadi kita memang sangat membutuhkan minyak tanah ini. Ini kadang seminggu baru datang, padhaal kita butuh masak makan dan sebagainya. Tolong diutamakan yang minyak tanah ini. Pakai gas mana tahan, pakai gas berapa harganya satu tabung? Kita sangat membutuhkan minyak tanah ini, sekarang pemerintah seperti apa?” ujarnya.

Tabung Meledak, Penghuni Terpanggang

BALIKPAPAN- Api berkobar di permukiman rumah petak berbahan kayu dan menewaskan penghuninya di Jalan Sepinggan Baru RT 35 No 212, Kelurahan Sepinggan, Balikpapan Selatan Sabtu (21/4) sekira pukul 14.00 Wita. Api dengan cepat berkobar di areal rumah kontrakan berjumlah 4 petak ini.
Syamsudin (42), penghuni petak, disinyalir terjebak dalam kobaran api yang sempat mengeluarkan ledakan keras. Ledakan diduga dari tabung gas 3 kilogram di bagian dapur. Dia ditemukan tim evakuasi dalam kondisi gosong di bagian dapur. Jasadnya sudah 90 persen hangus terbakar. Korban yang keseharian bekerja sebagai buruh itu, ditemukan dalam kondisi tertidur miring ke kanan.
Secara teliti, tim evakuasi dari Badan Penanggulangan Bencana dan Kebakaran (BPBK) Balikpapan, identifikasi Satreskrim Polres Balikpapan dan Polsek Balikpapan Selatan memisahkan jasad dengan serpihan puing-puing abu bekas kebakaran.
Khoirul Effendi (38), salah seorang saksi mata saat dimintai keterangan penyidik, mengaku sempat mendengar suara teriakan berasal dari rumah korban. Nah, saat itu pula, api sudah berkobar besar, apalagi angin juga bertiup kencang mengingat lokasi rumah berada di tengah lapangan.
“Saksi mendengar suara teriakan minta tolong. Namun saat hendak ditolong api sudah membesar, sempat terdengar suara ledakan juga,” terang Kapolres Balikpapan AKBP Sabar Supriyono yang memantau proses evakuasi jenazah di lokasi kebakaran.
Kurang lebih 1 jam api berkobar dan melalap bangunan kayu di areal petak kontrakan rumah itu. Si jago merah akhirnya dapat dijinakkan oleh tujuh unit mobil pemadam kebakaran dan mobil tangki air. Sekira 30 menit proses evakuasi jenazah rampung, kemudian dibawa ke RSU Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan guna kepentingan visum.
Sesaat sebelum kebakaran terjadi, korban diketahui berdua bersama anak tirinya bernama Ahmad (19). Sedangkan istrinya Waeda (40) sedang bekerja di luar rumah. Ahmad berhasil meloloskan diri dari pintu depan, sedangkan korban yang tengah berada di dapur terjebak api.
“Dugaan saat korban memasak kemudian terjadi ledakan dan kebakaran. Ini masih kami dalami lagi. Anak tiri korban bisa menyelamatkan diri saat api membesar dari ruang belakang bagian dapur,” kata Kapolres.
Bangunan petak model rumah panggung setinggi kurang dari 1 meter ini berukuran 4 x 6 ini terdiri dari ruang tamu, ruang tengah dan dapur. Ahmad sendiri sedang berada di ruang depan. Ada 7 kepala keluarga menempati 4 petak yang diketahui milik Wanuria.(*/aim/zal)

Warga Pekanbaru Kesulitan Minyak Tanah


Pekanbaru, (AntaraRiau-News) - Sejumlah warga yang berdomisili di Kecamatan Rumbai dan Kecamatan Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru, Riau, kesulitan mendapatkan minyak tanah untuk berbagai keperluan sehari-hari.

    "Kami agak kesulitan mencari minyak tanah, padahal biasanya banyak dijual di kedai setempat," kata Ny.Jumarni (39) warga Kelurahan Sri Meranti, Rumbai ditemui di Pekanbaru, Jumat.

     Dia mengatakan, sejak dua hari terakhirnya minyak tanah sulit didapat, padahal biasanya persediaan cukup pada warung terdekat.

     Pernyataan Jumarni tersebut terkait pedagang eceran minyak tanah di Kota Pekanbaru menaikkan harga yang semula hanya Rp8.000/liter kemudian menjadi Rp9.500/liter.

     Meski saat ini warga Rumbai telah mengunakan gas elpiji untuk kepeluan memasak tapi persediaan minyak tanah pada tiap rumah harus ada, sebagai antisipasi bila penjualan gas mengalami kendala.

     Pendapat serupa juga dialami Ny. Warsin (40) dan Ny. Tini penduduk Limbungan, Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, mereka mengalami kesulitan mendapatkan minyak tanah.

     Bahkan pada keluarga tertentu, mereka tidak memelukan gas tetapi minyak tanah meski harganya relatif mmahal, termasuk para beberapa pemilik rumah makan.

     Pemilik rumah makan dan ibu rumah tangga ada juga yang mengunakan kayu bakar untuk memasak aneka makanan, tentunya dengan bantuan minyak tanah.

     Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemkot Pekanbaru, Elsabrina ketika dikonfirmasi mengatakan pihaknya akan menurunkan petugas untuk memantau ke lokasi dalam mencari tahu kendala pendistribusian minyak tanah tersebut.

    "Petugas nanti kami terjunkan ke Rumbai, agar warga tidak kesulitan lagi mendapatkan minyak tanah," katanya.
Adityawarman

Gudang Elpiji Meledak, Tiga Orang Luka

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sebuah gudang gas penyimpanan tabung elpiji di Kampung Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor meledak, Rabu (18/4). Tiga orang luka-luka dalam insiden ledakan tersebut.

Informasi yang dihimpun, terbakarnya gudang tersebut bermula dari semburan api salah satu tabung gas yang bocor, sekitar pukul 11.00 WIB. Semburan api diduga akibat adanya puntung rokok yang dibuang sembarang di sekitar lokasi. "Tiga orang karyawan tersambar api langsung dibawa ke klinik terdekat," kata seorang saksi mata, Ridwan.

Kapolsek Tamansari, IPTU Ade Suhendri, mengatakan bahwa berdasarkan olah kejadian tempat perkara, dalam gudang tersebut terdapat ratusan tabung gas berbagai ukuran. Pihaknya kini menyita beberapa tabung gas yang diduga memicu ledakan beruntun sebagai barang bukti untuk penyelidikan lebih lanjut. "Tabung yang meledak pertama kali akan kami periksa," ujarnya.

Ia menambahkan, tiga orang korban yang mengalami luka bakar dalam insiden ini bernama Zakaria, Heri, dan Asep. Ketiganya merupakan karyawan gudang tersebut.
Redaktur: Dewi Mardiani
Reporter: Adi Wicaksono

Kompor Jelantah, Keunggulan dan Harapan

Neraca. Melambungnya harga gas dan kelangkaan tabung ukuran 3 kg yang terjadi di pelbagai daerah di Indonesia, nampaknya tak kunjung surut. Salah satunya di Kabupaten Ciamis, warga harus merogoh kocek lebih dalam dari Rp 14.000 menjadi Rp 17.000 di tingkat pengecer. Bahkan sebagian besar justru beralih menggunakan kayu bakar.
Realitas inilah yang mendorong Presiden Director PT Fajar Surya Lestari Giovanni A Widjaja tergerak untuk membantu masyarakat mencari energi alternatif yang murah dan mudah didapat. “Kami berpikir untuk membuat kompor berbahan bakar minyak goreng bekas atau jelantah, dan minyak nabati lainnya (seperti minyak biji jarak, minyak goreng curah, atau minyak kopra), untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar kompor yang efektif dan efisien,” ungkapnya.
PT Fajar Surya Lestari adalah sebuah perusahaan pabrikan yang menggeluti bidang assembly part, manufacture dan general suppliers, yang juga memproduksi kompor dengan merk dagang, “Jelantah,” dan dipasarkan melalui bendera PT Sumber Matahari Abadi selaku Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM) kompor Jelantah.
Menurut Jojo, ia akrab disapa dengan nama ini, sejak teknologi kompor Jelantah ditemukan oleh Hendra Hadiwijaya, sosialisasi kompor Jelantah di tengah masyarakat terus dilakukan. “Saat ini kami sudah memiliki distributor di empat provinsi, yakni Bangka Belitung, Lampung, Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara,” ujarnya menjelaskan.
Namun ia menyayangkan, lambannya tingkat penjualan produk yang menawarkan segudang keuntungan. Bukan saja bagi pengguna (masyarakat) namun bagi pemerintah dalam mengentaskan persoalan energi, khususnya memenuhi kebutuhan energi bagi masyarakat melalui pemanfaatan limbah sebagai energi alternatif yang efektif dan efisien.
“Banyak yang sudah kita lakukan untuk menarik perhatian banyak kalangan dalam mendorong penggunaan kompor minyak Jelantah, namun selalu menemui jalan buntu,” ungkap Jojo. Konon ia sudah menemui sejumlah menteri, petinggi dan pejabat terkait, bahkan telah mempresentasikan keunggulan kompor Jelantah di hadapan mereka. “Saya tidak tahu, mengapa sulit sekali menawarkan solusi terbaik yang sudah tersertifikasi keunggulannya,” ungkapnya yang mengaku tetap optimistis.
Pengujian yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)  bahkan menunjukkan bahwa kompor minyak Jelantah memiliki api dengan panas dua kali lipat dari kompor minyak tanah bahkan kompor gas, bebas polusi karena tidak menghasilkan asap hitam, dan aman karena tidak mungkin meledak, dan yang pasti sangat irit.
“Dalam satu liter minyak jelantah, api akan bertahan selama 4,5 jam. Sedangkan minyak tanah hanya 2 jam. Kita memiliki keuntungan dua kali lipat. Panas yang dihasilkan juga dua kali lipat karena kalori dari minyak jelantah sangat tinggi,” ungkapnya.  Untuk memasak air saja hanya butuh 12 menit, berbeda dengan kompor minyak tanah yang membutuhkan lebih dari 20 menit untuk ukuran air yang sama.
Produk yang baru diluncurkan April 2011 lalu dan diikutikan dalam Pameran Teknologi dan Inovasi yang digelar ITB-Bandung, bahkan sukses meraih penghargaan untuk kategori Produk Kreatif Terbaik. “Produk ini sudah diakui keunggulannya, dan kita berharap pemerintah dapat memberi perhatian dalam memberdayakannya kompor Jelantah sebagai salah satu alternatif dari solusi ketersediaan energi di tengah masyarakat,” ungkapnya menilai.
Produk yang dibandrol seharga Rp 300.000 per unit ini, dinilai menjadi pilihan tepat dalam menekan melambungnya subsidi pemerintah di bidang energi. Sebagai ilustrasi; bila penduduk Kepulauan Riau saja 733.986 KK, dan kebutuhan minyak tanah bersubsidi rata-rata Rp 5000 per liter (harga eceran non subsidi Rp 8.000-Rp 11.000 di tingkat nasional), sedangkan tiap KK membutuhkan 20 liter minyak tanah per bulan, maka subsidi bagi 733.986 KK mencapai Rp 73, 398 miliar per bulan.
Atau subsidi untuk gas 3 kg Rp 3.500 per kg, dengan kebutuhan tiap  KK mencapai 12 kg per bulan, maka subsidi pemerintah mencapai Rp 30,827 miliar per bulan di Kepulauan Riau. Nah dengan asumsi 50% jumlah KK masing-masing menggunakan minyak tanah dan gas, maka rata-rata penghematan subsidi per bulan mencapai Rp 52,113 miliar per bulan. Maka total investasi yang dikeluarkan pemerintah pusat atau daerah hanya Rp 217,993 miliar dapat dikembalikan dalam jangka waktu hanya sekitar 4 bulan. Luar biasa.
Jika program konversi ini dilakukan pemerintah, kata Jojo, maka semua pihak akan mendapat keuntungan. Disisi lain beban Pemerintah Pusat akan berkurang dengan melambungnya biaya subsidi bagi bahan bakar setiap bulannya, dan bagi Pemerintah Daerah juga membantu menjaga kelestarian lingkungan dan menggairahkan ekonomi masyarakat demi tercapainya kesejahteraan masyarakat.
Bagi petani setempat, lanjut Jojo, akan pula memetik keuntungan dengan menanam dan mengolah minyak nabati sebagai penyedia pasokan bahan bakar bagi kompor Jelantah. Sesuai program pemerintah tentang pemanfaatan bahan bakar nabati sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan, sesuai Inpres No.1 tahun 2006.
Dan masyarakat sebagai pengguna akan pula memperoleh keuntungan dari efisiensi dan efektifitas keunggulan kompor Jelantah, “Baik dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun dalam mengembangkan usaha, sebagai salah satu pendorong perekonomian nasional,” ungkap penuh harap.

(ade)

Mau Jual tiap Hari, tapi Stok Tidak Ada

Minyak tanah menjadi satu di antara bahan bakar minyak yang dibutuhkan masyarakat, seperti menghidupkan kompor atau pelita. Meski pemerintah telah berusaha untuk menekan ketergantungan terhadap minyak tanah dengan menyediakan elpiji kilogram, kerosin masih sangat dibutuhkan. Bahkan, orang seperti Akiang menjadikan kerosin sebagai sumber kehidupannya. Selama 22 tahun berkeliling menjual minyak tanah.  ADONG EKO, Pontianak

JARAK yang ditempuh tidaklah dekat, bagi Akiang yang usianya sudah mencapai 70 tahun. Ia  harus berjalan kaki dari Parit Baru, Kubu Raya menuju Pontianak untuk menawarkan minyak tanah yang telah dibelinya kepada agen. Dari tahun 1990, sebelum reformasi, hingga sekarang, dengan gerobak kayu yang berisikan sepuluh jeriken berisikan minyak tanah, lelaki yang berusia lebih dari setengah abad ini mendatangi satu persatu rumah yang sudah menjadi pelanggan tetapnya. “Kalau dihitung dari tahun 1990, kira-kira sudah 22 tahun saya jualan minyak tanah keliling,” katanya.

Tidak ada pelindung, seperti payung yang digunakan sebagai pelindung dari sengatan matahari. Hanya helmet kerupuk bekas, yang biasa digunakan pengendara sepeda motorlah yang digunakannya.   Akiang yang sedang mendorong gerobak di Jalan Imam Bonjol pada Rabu (18/4) laju mendorong gerobaknya. Bahkan saat hendak diwawancarai, mengatakan tidak sempat karena harus mengambil minyak tanah kepada agen di Kota Baru. “Saya mau ambil minyak tanah di Kota Baru, jadi tidak sempat,” katanya.

Baru setelah dijelaskan, maksud dan tujuan, bapak yang kelihatan cepat mendorong gerobak ini mengizinkan untuk diwawancara. Kepada Pontianak Post, ia mengatakan, harus menempuh jalan yang cukup jauh untuk menjual setiap liter minyak tanah. “Saya tinggal di Parit baru, dengan gerobak ini saya menuju Pontianak untuk berjualan,” terangnya.

Lanjut dia, pekerjaan yang sudah dilakoni selama puluhan tahun ini harus tetap dijalani karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa dikerjakan selain berjualan minyak tanah secara keliling. “Sekarang mau kerja apa umur sudah tua, kalau tidak kerja saya mau makan apa,” ucapnya. Untung yang didapat dari berjualan minyak tanah tidak lah begitu besar. Dari agen, ia mengambil perliter Rp7.500 dan dijual kepada masyarakat Rp8.000 perliter. “Kalau mau jual mahal, siapa yang mau beli. Untung sedikit tidak apa-apa yang penting minyaknya habis,” katanya. Ia menambahkan, berjualan minyak tanah tidak setiap hari dilakukan, setidaknya satu minggu tiga sampai empat kali. Tergantung dari stok yang tersedia di agen. “Mau jual tiap hari, tapi stoknya yang tidak ada,” terangnya. (*)

Minyak Tanah Rp 12 Ribu Perliter di Kateman Inhil

Masyarakat Kateman, Inhil mengeluhkan mahalnya harga minyak tanah. Mereka harus beli dengan harga mahal, Rp 12 ribu perliter.

Riauterkini-TEMBILAHAN-Masyarakat di Kecamatan Kateman mengeluhkan sulitnya memperoleh minyak tanah (Mitan), kalau pun ada harganya sangat mahal mencapai Rp 12 ribu perliter.

Menurut pengakuan warga saat ini memang mereka sangat sulit mendapatkan Mitan, kalau pun ada dijual eceran di warung-warung, maka harganya sangat tinggi, bisa mencapai Rp 12 ribu perliternya.

“Saat ini minyak tanah sangat sulit diperoleh, kalau pun ada dijual harganya mencapai Rp 12 ribu perliternya,” ungkap Bujang, warga Kateman kepada riauterkini.com, Kamis (19/4/12).

Menurutnya, langkanya minyak tanah ini menyebabkan warga kesulitan, karena saat ini di desa-desa masih banyak warga yang memasak menggunakan minyak tanah dan untuk menghidupkan lampu teplok, bagi desa yang belum tersentuh jaringan listrik kalau malam hari.

“Kan tidak semua warga memasak menggunakan kompor gas bantuan pemerintah itu, kalau di kampung masih banyak yang menggunakan kompor. Juga bahan bakar lampu teplok untuk penerangan pada malam hari,” sebutnya.

Camat Kateman, Yuliargo ketika dikonfirmasi riauterkini.com terkait kelangkaan minyak tanah di Kecamatan Kateman ini menyatakan bahwa sulitnya mendapatkan Mitan ini, karena memang jatahnya dikurangi sejak berlakunya konversi minyak tanah ke elpiji.

“Kalau dikatakan langka, ya karena memang sekarang kan jatah kuota minyak tanah dikurangi sejak diberlakukannya konversi minyak tanah ke elpiji,” jawabnya kepada riauterkini.com, Kamis (19/4/12).

Apalagi, tambahnya, jatah kuota minyak tanah bagi Kecamatan Kateman juga disuplai ke 32 pangkalan BBM di Kecamatan Pelangiran, Mandah, Pulau Burung dan Teluk Belengkong.***(mar)

Gas Langka, Minyak Tanah Apalagi

Akhir-akhir ini ibu rumah tangga di Kota Padang dan daerah lainnya di wilayah Sumatera Barat (Sumbar) kerepoton menjalankan tugas mulianya menyediakan makanan buat keluarga. Bukan karena harga cabai, bawang, ikan atau daging yang naik. Tapi karena langkanya minyak tanah dan gas elpiji, sehingga mereka tidak bisa memasak.
Minyak tanah memang sulit didapat sejak beberapa bulan terakhir. Selain susah didapat, kalau pun ada yang menjual, harganya sudah tinggi. Tak sesuai lagi dengan harga eceran tertinggi (HET) di Kota Padang  atau daerah kota dan kabupaten lainnya. HET minyak tanah bersubsidi di Kota Padang Rp2.810 per liter. Tapi realitasnya minyak tanah sampai dijual dengan harga Rp4.000 s/d Rp8.000 per liter. Padahal subsidi minyak tanah untuk Sumbar belum dicabut lagi.
Langka dan mahalnya harga minyak tanah di Sumbar besar dugaan dipicu oleh pencabutan subsidi minyak tanah untuk wilayah Provinsi Riau, menyusul di provinsi tetangga tersebut telah diberlakukan program konversi minyak tanah ke gas. Di Riau HET minyak tanah Rp8.000 per liter. Tingginya disparitas harga minyak tanah di wilayah Sumbar dibanding wilayah Riau menyebabkan pihak-pihak yang tak bertanggung jawab memanfaatkan kesempatan.
Diduga banyak minyak tanah bersubsidi di Sumbar yang merembes alias diselundupkan ke wilayah Riau. Akibatnya minyak tanah di Sumbar jadi langka. Terbatasnya stok minyak tanah di Ranah Minang juga menyebabkan harganya jadi meroket. Minyak tanah yang merembes ke provinsi tetangga berasal dari agen-agen nakal.
Motiv penyelundupan minyak tanah bersubsidi ke wilayah Riau beragam. Ada yang menggunakan mobil travel, mini truk dan truk. Minyak tanah disimpan dengan jerigen atau drum lalu dilatakkan pada posisi paling bawah dan  ditutup dengan hasil pertanian dan barang lainnya, seperti kelapa, beras, telor dan lainnya.
Karena minyak tanah susah didapat, harganya mahal dan pemerintah juga menganjurkan supaya masyarakat ke gas elpiji, akhirnya masyarakat beralih ke anjuran tersebut. Begitu sebagian masyarakat mulai terbiasa menggunakan gas, tahu-tahunya pasokan gas juga tidak lancar. Begitu pasokan tersendat, sesuai dengan hokum pasar, harganya pun langsung melambung.
Biasanya, gas berat 12 kilogram dijual dengan harga sekitar Rp77.000 per tabung. Tapi sejak  beberapa pekan belakangan haranya melonjak mencapai Rp85.000 per tabung, bahkan ada yang mencapai Rp95.000. Ibu-ibu rumah tangga pun dihadapkan pada persoalan pelik. Mau kembali mengkonsumsi minyak tanah, tentu bukan pilihan lagi. Pasalnya selain sulit didapat, harga minyak tanah pun juga mahal.
Kelangkaan gas hampir merata di wilayah Kota Padang dan daerah kota/kabupaten lainnya di Sumbar. Masyarakat jadi bingung. Mau mengikuti anjuran pemerintah, beralih dari menggunakan minyak tanah ke gas  elpiji, tapi justru dihadapkan lagi dengan persoalan baru. Dari waktu ke waktu permasalahan itu ke itu ke itu saja. Tata kelola hilir minyak tanah agas wajib untuk perbaiki. Ada sesuatu yang tak beres yang perlu untuk ditangani secara serius.  Pemerintah dan aparat penegak hukum mesti bertindak tegas terhadap para pelaku penyelewengan minyak tanah dan gas elpiji.
Itu baru persoalan kelangkaan. Ada lagi persoalan lain yang terkait dengan gas elpiji. Nyaris sebagian gas elpiji yang dijual di kedai-kedai, agen dan bahkan distributor tak ukurat lagi beratnya. Disinyalir gas tersebut sebagiannya telah disuling ke tabung yang lain, sehingga isinya jadi berkurang. Begitulah  motiv lain, para pemain gas elpiji mendapatkan keuntungan lebih. Sangat jarang, pedagang atau agen gas elpiji yang menyediakan timbangan untuk mengukur berat gas yang dijualnya. Padahal itu adalah salah satu syarat yang mestinyta dipatuhi. Permasalahan seperti  ini nyaris luput dari perhatian pemerintah. Padahal ujung-ujungnya yang rugi tetaplah masyarakat.  Permasalahan minyak tanah dan gas adalah salah satu  problema penting yang harus diselesaikan pemerintah secara serius. ***

Mei Mendatang, Minyak Tanah Ditarik

Manado – Upaya pemerintah untuk mengurangi beban Negara dari biaya subsidi BBM ternyata sangat serius dilakukan. Hal ini dibuktikan dengan bakal ditariknya peredaran Minyak tanah dengan harga yang disubsidi oleh pemerintah yang direncanakan akan dimulai pada pertengahan Mei 2012.
“Saat ini penarikan minyak tanah sudah mencapai 40 persen, nanti pada pertengahan Mei akan mencapai 100 persen,” kata Sales Area
Manager BBM Retail , di Manado. Penarikan minyak tanah tersebut, kata akan dilakukan di daerah-daerah yang sudah melakukan program konversi elpiji. “Ada sembilan dari 15 kabupaten/kota yang ada di Sulut telah melaksanakan program konversi elpiji dan saat ini sudah rampung berdasarkan data dari BPH Migas, karena itu penarikan minyak tanah bersubsidi sudah harus dilakukan,” kata .
Irwansyah mengatakan, penarikan minyak tanah bersubsidi tersebut, guna menghindarkan terjadinya subsidi ganda, karena elpiji juga mendapat subsidi pemerintah. Kendati minyak tanah bersubsidi akan ditarik semuanya, tetapi Irwansyah mengatakan Pertamina tetap menyediakan minyak tanah bagi masyarakat yang tidak mau beralih ke elpiji, dengan BBM non subsidi.
“Minyak tanah non subsidi harga keekonomian akan disebar hingga pedesaan, dengan demikian masyarakat masih tetap memperoleh bahan bakar tersebut dengan harga mengikuti perkembangan pasar internasional,” kata Irwansyah.
Pertamina Manado sejak tahun lalu melakukan pengendalian minyak tanah bersubsidi di pasaran, dengan secara perlahan-lahan mengurangi pasokan ke pangkalan minyak tanah yang ada.
“Pertama dilakukan untuk kawasan masyarakat di Kota Tomohon, kemudian diikuti daerah lainnya, dan diharapkan pada pertengahan Mei 2012 tidak ada lagi distribusi minyak tanah subsidi kepada masyarakat Sulut,” kata Irwansyah. (is)

Diduga Akibat Tabung Gas Meledak

7 Rumah Warga Tembilahan Ludes Terbakar

Tujuh unit rumah warga Tembilahan Kota, Inhil ludes diamuk kobaran api. Musibah tersebut diduga kuat akibat tabung gas meledak.

Riauterkini-TEMBILAHAN-Kebakaran hebat terjadi di Jalan M Siap Gang Cempaka RT 04 RW 04 dan Gang Cenderawasih RT 05 RW 04 Tembilahan kota, Rabu (18/4/12) sekitar pukul 12.40 WIB. Akibatnya, 7 unit rumah ludes terbakar dan satu unit dirobohkan.

Menurut keterangan warga sekitar, sesaat sebelum kobaran muncu terdengar ledakan, diduga dari ledakan tabung kompor gas. Kemudian kobaran api langsung membesar, apalagi dipicu tiupan angin kencang.

"Menurut warga saya memang sebelumnya ada ledakan seperti ledakan tabung kompor gas," ungkap Ketua RT 04/ RW 04 Kelurahan Tembilahan, Abdul Rahman kepada wartawan, Rabu (18/4/12).

Menurutnya, warganya yang menjadi korban kebakaran tersebut, yakni Sabri, Husnaini, Asril Chan dan Seni. sedangkan di Gang Cenderawasih RT 05 RW 04 ada tiga unit rumah yang terbakar dan satu unit dirobohkan.

"Dalam kejadian ini ada korban yang sama sekali tidak dapat menyelamatkan barang berharga miliknya, kecuali baju yang melekat dibadannya. Ia saja untungnya segera ditarik keluar dari rumahnya oleh warga lainnya," sebut Rahman.

Berdasarkan pemantauan riauterkini.com tampak kobaran api yang mengganas ditengah tiupan angin kencang tersebut dalam tempo sekitar setengah jam telah meludeskan 7 unit rumah.

Untungnya, sesaat setelah kebakaran Damkar dari Paguyuban Sosial Marga Tionghoa (PSMTI) Inhil dan Damkar Jalan Padupai Tembilahan dan warga sekitar dengan menggunakan alat seadanya langsung bergerak dan memadamkan api yang sedang berkobar.

Sedangkan Damkar Pemkab Inhil yang datang kemudian tidak dapat berbuat banyak, karena mobilnya tak bisa masuk lokasi kebakaran dan keterbatasan air. Setelah meludeskan 7 unit rumah dan satu unit dirobohkan, kobaran api baru dapat dipadamkan.

Kapolsek Tembilahan, Ipda A Raymon Tarigan membenarkan kebakaran tersebut dan menyebutkan ada 7 unit rumah yang terbakar.

"Dari hasil sementara kita ketahui ada 7 unit rumah yang terbakar dan satu unit dirobohkan," ungkap Kapolsek Tembilahan, Ipda A Raymon Tarigan kepada riauterkini.com, Rabu (18/4/12) ketika ditemui di lokasi kebakaran tersebut.***(mar)

Harga Elpiji Rp 35.000

Pontianak, Kompas - Harga isi ulang elpiji bersubsidi 3 kilogram di beberapa daerah Kalimantan Barat Rp 35.000 per tabung. Meski mahal, masyarakat terpaksa membeli elpiji karena sulit mendapat minyak tanah.
Demikian dikatakan sejumlah warga di pedalaman Kalbar, seperti Kabupaten Bengkayang, Sintang, dan Kapuas Hulu, Minggu (15/4). Harga yang ditanggung warga pedalaman itu berbeda jauh dibandingkan dengan di pangkalan Kota Pontianak, ibu kota Provinsi Kalbar, yakni Rp 12.750 per tabung 3 kilogram.
Kurniawati (35), warga Desa Nanga Semangut, Kecamatan Bunut Hulu, Kapuas Hulu, mengatakan, harga elpiji tidak menentu, tergantung dari persediaan di pengecer. Kalau pasokan banyak, harga turun menjadi Rp 30.000 per tabung. Namun, kalau pasokan sedikit, harga elpiji Rp 35.000 per tabung.
”Masyarakat terpaksa membelinya juga walaupun sangat mahal karena minyak tanah juga sulit diperoleh. Kalaupun ada, harganya Rp 10.000 per liter. Kami bingung, katanya kami diarahkan memakai gas, tetapi harganya mahal sekali,” katanya.
Di Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, menurut Ketua Badan Perwakilan Desa Semunying Jaya Jamaludin, elpiji diperoleh dari Pasar Seluas, Bengkayang, atau pasar di Sambas melalui sungai sehingga pasokannya tidak tentu. ”Kalau mahal begitu, subsidinya ada di mana?” ujar Jamaludin.
Di Desa Embaloh Hulu, Kapuas Hulu, meski sudah mendapat paket kompor gas dan tabung elpiji, warga tidak bisa menggunakannya. Di sana, tidak ada agen atau pengecer untuk tabung isi ulang. ”Warga Embaloh Hulu memilih pakai elpiji dari Malaysia karena mudah diperoleh. Harga elpiji 14 kilogram dari Malaysia Rp 120.000-Rp 130.000 per tabung,” kata Camat Embaloh Hulu Hermanus.
Sales Representative LPG PT Pertamina Wilayah Kalbar Valino mengaku saat ini baru ada dua stasiun pengisian bahan bakar elpiji (SPBE) di Kota Pontianak. Dari sana, tabung elpiji baru didistribusikan ke satu kota dan 12 kabupaten di Kalbar. ”Untuk memberi kepastian harga, Gubernur Kalbar menetapkan HET elpiji di tiap kabupaten. Seperti di Sintang Rp 20.000 per tabung,” kata Valino. (aha)

Elpiji Mahal Karena Keterbatasan SPBE

PONTIANAK, KOMPAS.com - Mahalnya harga isi ulang gas elpiji subsidi tiga kilogram, bahkan mencapai Rp 45.000 per tabung di pedalaman Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat terjadi akibat terbatasnya jumlah stasiun pengisian bahan bakar elpiji. Tahun 2012 ini, dibangun lagi tiga SPBE.
Sales Representative LPG PT Pertamina Wilayah Kalbar Valino, Rabu (18/4/2012) mengatakan, saat ini gas elpiji tiga kilogram memang baru bisa diisi di dua SPBE di Kota Pontianak. Di kabupaten dan kota lain, ditetapkan harga eceran tertinggi (HET) sesuai biaya transportasi dari Pontianak.
"Saat ini sedang dibangun SPBE di Kota Singkawang, Sanggau, dan Sintang," kata Valino. Di Kota Pontianak, HET gas elpiji tiga kilogram hanya Rp 12.750 per tabung, sedangkan di Sintang mencapai Rp 20.000, dan Kapuas Hulu Rp 25.000. Namun, di wilayah pedalaman Sintang, harga isi ulang gas elpiji mencapai Rp 45.000 per tabung karena mahalnya biaya transportasi. 

Harga Elpiji Tiga Kilogram di Sintang Tembus Rp 45.000

SINTANG, KOMPAS.com - Harga isi ulang elpiji subsidi tiga kilogram di pedalaman Sintang, Kalimantan Barat sudah menembus Rp 45.000 per tabung.
Masyarakat terpaksa membelinya karena sulit mendapatkan minyak tanah. Yosua Ahon (40), warga Kecamatan Ketungau Hulu, Sintang mengatakan, salah satu wilayah yang harga isi ulang elpiji tiga kilogram mencapai Rp 45.000 itu adalah Senaning yang berbatasan dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia.
"Selain harganya mahal, elpiji juga tidak selalu tersedia karena ambilnya jauh sekali," kata Yosua, Selasa (17/4/2012). Elpiji di Senaning dan sejumlah daerah pedalaman Ketungau Hulu dipasok dari Balai Karangan, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau.
Yosua mengungkapkan, kebijakan konversi energi makin menyengsarakan masyarakat karena minyak tanah sulit diperoleh dan harga elpiji pun sangat mahal.

Minyak Tanah di Kaltim Kosong

BALIKPAPAN Pasokan minyak tanah di seluruh daerah di Kalimantan Timur (Kaltim) terus berkurang, terutama di daerah utara, perbatasan, dan pedalaman.
Minyak tanah bersubsidi sulit didapat di beberapa kabupaten, seperti Malinau, Nunukan, Tanah Tidung, dan Kabupaten Bulongan. Hal ini menyebabkan harga eceran minyak tanah di tingkat pengecer naik melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan bupati dan wali kota setempat.
Harga minyak tanah di Tarakan melebihi daya jangkau rakyat, kadang mencapai Rp 3.500 per liter. Di Balikpapan harga minyak tanah di tingkat pengecer mencapai Rp 11.000 per liter. Padahal, HET yang ditetapkan Wali Kota Balikpapan hanya Rp 9.000 per liter.
Harga tersebut, menurut pembuat penganan gorengan, melebihi harga premium di tingkat pengecer yang hanya Rp 500 sampai Rp 600 per liter. Kekosongan minyak tanah di Kota Balikpapan dinilai wajar, karena Pertamina telah lama tidak memasok minyak tanah lantaran sebagian besar warga telah beralih ke gas. Di Tarakan harga eceran minyak tanah sudah mencapai Rp 6.000 hingga Rp 7.500 per liter.
Kalaupun menggunakan minyak tanah, itu terbatas sekali, hanya untuk menghidupkan api. Atau mereka menggunakannya untuk bahan bakar lampu duduk dan lampu templek.
Di Kota Tarakan, Wali Kota Tarakan telah menerbitkan edaran tentang harga jual minyak tanah di tingkat pengecer. Dalam edaran tertanggal 17 April 2012 tersebut, tingkat pangkalan minyak tanah Rp 3.200 per liter, sedangkan tingkat pengecer Rp 3.500 per liter. Minyak tanah masih dipakai kalangan rumah tangga yang enggan memakai gas, walaupun pemerintah kabupaten kota menyarankan agar warga beralih ke gas.
Sementara itu, harga gas per tabung ukuran 20 kilogram di Balikpapan mencapai Rp 80.000, sedang kan harga gas Pertamina di Tarakan, Nunukan, dan Tanjung Redeb Berau mencapai Rp 150.000.
Dari Malaysia
Warga perbatasan dan pedalaman lebih cenderung memakai gas Shell tabung berwarna kuning dari Malaysia, itu pun sangat terbatas, apabila pasokan dari Malaysia cukup banyak.
Wali Kota Tarakan Udin Hianggio menyerukan Pertamina yang rencananya menarik minyak tanah dari pasaran di Tarakan untuk menggantikannya dengan gas, agar menunda penarikan minyak tanah bersubsidi di Tarakan sementara waktu, hingga Pertamina dan warga benar benar siap memasok gas. Gas ukuran 3 kilogram atau 20 kilogram cukup memenuhi permintaan masyarakat di Tarakan.
Pertamina sekarang ini tidak mampu memasok gas bagi keperluan masyarakat Tarakan. Sementara itu, Pertamina yang telah mengetahui adanya kenaikan minyak tanah di tingkat pengecer, sejak Sabtu, 7 April melakukan operasi pasar, dengan lebih banyak memasarkan minyak tanah, dan memasok ke 120 pangkalan di Tarakan untuk dipasarkan ke 20 kelurahan di Tarakan.
Pertamina mulai menarik minyak tanah sejak akhir Februari, namun tidak sanggup memenuhi permintaan gas warga Kota Pulau, yang terletak tidak jauh dari perbatasan Malaysia. 
(Sinar Harapan)

Kenaikan Ditunda, Harga BBM Eceran Tetap Tinggi

ECERAN: Bensin eceran tetap dicari, karena stok di SPBU minim. Harga pun langsung meroket. HAMDANANAKPOST
Meski harga BBM ditundak kenaikannya, bukan berarti harga bensin di pedalaman turun. Harga eceran di kota Putussibau misalnya, masih tetap tinggi Keadaan ini jelas dikeluhkan warga. Untuk membeli di SPBU atau APMS (Agen Premium Minyak Tanah dan Solar) sudah keburu habis.Awang Ramelan, Putussibau

“YANG saya tahu pemerintah daerah sudah buat aturan tentang HET. Tapi harga bensin di kios masih tinggi. Rata-rata Rp 8.000 per liternya. Jelas ini sangat memberatkan kita,” ungkap salah seorang warga yang minta namanya tak dikorankan.Ditambahkan warga tersebut, untuk mendapatkan bensin di APMS membutuhkan perjuangan ekstra. Saling berebutan dan harus antre berjam-jam. Kondisi itu terjadi karena antrean kendaraan pengisi bensin didominasi para ‘’pengeret’’.

Yang mana para pengeret itu khusus antre untuk mendapatkan bensin dan kemudian dijual kembali. Setiap APMS buka, baik di daerah Kota maupun di Kedamin, selalu dipenuhi para pengeret. Uniknya lagi, para pengeret ini ada yang sampai berbekal makanan dan minuman. Juga berbekal jeriken. Setelah mendapatkan minyak mengisi ke tangki motor, keluar APMS dan langsung menyedotnya ke dalam jerigen. Padahal, kegiatan itu dilakukan mereka tak jauh dari lokasi APMS berada.

 “Bahkan ada diantara pengeret itu oknum pegawai negeri dan oknum anggota polisi. Terang saja keadaan itu membuat kami sebagai warga menjadi kesulitan. Terpaksa membeli di kios meski harga mahal,” tambahnya.  Sebenarnya, kondisi demikian bisa terurai jika ada ketegasan dari pihak terkait. Baik itu pemerintah daerah maupun aparat keamanan seperti kepolisian. Tak sebatas imbauan semata, namun ditindaklanjuti dengan ketergasan penertiban. Sehingga masyarakat bisa merasakan kenyamanan dalam mendapatkan bahan bakar minyak yang wajar.

Harga eceran dengan Rp8 ribu per liter, menurutnya masih tergolong murah. Karenanya jaraknya masih di perkotaan. Artinya, mereka yang antre untuk dijual kembali di kota yang tak terlampau jauh.‘’Bisa dibayangkan, bagaimana harganya di daerah padalaman? Sedangkan yang masih di sinisaja sudah Rp8 ribu. Bagaimana di tempat yang lebih jauh lagi,’’ ujar pengantre lainnya. (*)

Tabung Gas Meledak, 40 Bangunan Ludes Terbakar

BERITAJAKARTA.COM — 13-04-2012 13:29
Kebakaran hebat melanda pemukiman padat penduduk di RT 001 dan 02 RW 14, Cililitan, Kramatjati, Jakarta Timur atau tepat di samping Pusat Grosir Cililitan (PGC). Sebanyak 40 Bangunan ludes dilalap si jago merah dalam musibah kebakaran kali ini. Dugaan sementara, kebakaran diduga akibat tabung gas berukuran tiga kilogram yang meledak di salah satu rumah warga yakni, Budiman (40). Dua warga yang belum diketahui identitasnya jatuh pingsan dalam musibah ini. Selain itu, warga lainnya bernama Junaedi (18) mengalami luka di lengan sebelah kiri. Kebakaran yang terjadi sekitar pukul 09.30 ini baru dapat dipadamkan pukul 11.00.

Informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan, warga melihat kobaran api membesar dari rumah milik Budiman alias Budi. Dugaan sementara api berasal dari tabung gas ukuran tiga kilo yang saat itu tengah digunakan untuk memasak. Dalam sekejap, api langsung membesar dan merembet ke bangunan yang ada di sekelilingnya. Selain rumah, api juga membakar belasan kios dan warung yang terletak di Jl Mayjend Sutoyo. Warga juga terlihat berusaha memadamkan api menggunakan peralatan seadanya. Namun, usaha warga tak berhasil bahkan Api justru semakin membesar.

Rafi (32), warga yang juga korban kebakaran menuturkan, dirinya tak tahu persis asal api tersebut. Namun, menurut warga dan sejumlah petugas api diduga berasal dari rumah kontrakan yang dihuni Budiman. Melihat api, ia langsung menyelamatkan istri dan dua anaknya yang masih balita ke pinggir Jl Mayjend Sutoyo. Sedangkan barang-barang berharga miliknya tak berhasil ia selamatkan dan ludes beserta rumah kontrakan yang dihuninya.

Diungkapkan Rafi, dari rumah kontrakan Budiman, ia sering mendengar suara seperti tabung gas yang sedang dipukul menggunakan benda lainnya. Tetangganya itupun tidak pernah meminta tolong untuk memperbaiki atau memasang tabung gas ke kompor. "Apinya langsung membesar dan sudah membakar atap rumah Budiman. Semua warga langsung panik dan berteriak ada kebakaran," ujar Rafi, Jumat (13/4)

Kasie Operasi Sudin Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Damkar dan PB) Jakarta Timur, Idris DN mengatakan, dugaan sementara kebakaran dipicu oleh ledakan yang berasal dari tabung gas ukuran tiga kilogram. Tidak ada korban jiwa dalam musibah ini. Hanya saja, warga yang belum diketahui identitasnya sempat jatuh pingsan dan seorang warga lainnya terluka. Utuk memadamkan kobaran api, pihaknya mengerahkan sebanyak 20 unit mobil pemadam kebakaran. "Dugaan sementara kebakaran dari tabung gas yang meledak. Namun untuk memastikannya, masih perlu dilakukan penyelidikan bersama aparat kepolisian," katanya.

Pantauan beritajakarta.com di sekitar lokasi kejadian, akibat kebakaran tersebut, Jl Mayjend Sutoyo langsung ditutup. Terutama mulai dari depan PGC hingga depan kantor Badan Kepegawaian Nasional (BKN), yang berjarak sekitar 500 meter. Badan jalan dan trotoar yang kosong ini dimanfaatkan warga untuk mengevakuasi barang-barang berharganya. Sedangkan lalu lintas terpaksa hanya digunakan lajur sebelah selatan untuk dua arah.

Alhasil, kemacetan lalu lintas pun tak terhindarkan mencapai kurang lebih dua kilometer. Kemacetan juga terjadi di Jl Raya Dewi Sartika dan Jl Raya Bogor akibat kebakaran tersebut. Sejumlah barang milik warga juga masih dibiarkan menumpuk di tengah jalan dan trotoar tersebut.

Harga Eceran Premium di Kepulauan Rp 20.000 Per Liter

LEWOLEBA, KOMPAS.com — Harga eceran bahan bakar minyak di kabupaten kepulauan mencapai Rp 10.000 hingga Rp 20.000 per liter. Kenaikan harga tersebut diduga karena ada penimbunan dan monopoli penjualan BBM di kabupaten itu.
Di Lembata, Nusa Tenggara Timur, misalnya, harga eceran Premium Rp 20.000 per liter, solar Rp 15.000 per liter, dan minyak tanah Rp 10.000 per liter. Di kecamatan terpencil, Premium dan minyak tanah bahkan sulit diperoleh.
Penjualan BBM di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum di Lewoleba dibatasi dari pukul 10.00 hingga pukul 13.00 Wita. Konsumen selalu khawatir tidak kebagian BBM sehingga terjadi antrean kendaraan sejak pukul 05.00 Wita untuk mendapatkan tempat terdepan atau minimal kebagian pengisian BBM pada hari itu.
Wakil Bupati Lembata Viktor Mado Watun, yang  dihubungi Rabu (12/4/2012) ini, mengatakan, Pertamina tidak sepenuh hati melayani kabupaten-kabupaten kepulauan, seperti Lembata.
Setiap pekan, tiga tangki BBM masing-masing berisikan 5.000 liter BBM—terdiri dari Premium, solar, dan minyak tanah—dari Maumere masuk ke Lewoleba. BBM melayani warga Lewoleba dan 11 kecamatan di daerah itu.
Terkait dengan kondisi itu, anggota DPRD Sabu Raijua, Yusak Robo, mengatakan, masalah BBM di kabupaten kepulauan tidak pernah mendapat tanggapan serius dari Pertamina karena mereka lebih mempertimbangkan keuntungan daripada pelayanan. Sabu Raijua selama ini dilayani pengusaha dari Kupang.
Sabu Raijua berbatasan dengan Australia dan BBM saja sulit didapat. "Setiap terjadi cuaca buruk, harga melonjak sampai Rp 15.000 per liter, bahkan terkadang sampai Rp 20.000 per liter," kata Robo.
Setiap pekan, 1.000 liter BBM (Premium, solar, dan minyak tanah) masuk ke Sabu Raijua dengan perahu motor swasta. Jika terjadi gelombang tinggi dan angin kencang, di kabupaten itu terjadi kelangkaan BBM sampai dua pekan.

Disperindag selidiki modus pengoplosan minyak tanah

Jambi (ANTARA News) - Dinas Peridustrian dan Perdagangan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi, tengah menyelidiki modus pengoplosan minyak tanah di daerah itu.

"Dari temuan di lapangan, 80 persen minyak tanah yang beredar di Tanjung Jabung Timur adalah hasil oplosan," kata Kepala Dinas Peridustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Tanjung Jabung Timur Ibnu Hayat hari ini di Muarasabak.

Ia menjelaskan, dimulainya program konversi minyak tanah ke gas di Provinsi Jambi yang diberlakukan pertengahan 2011 menyebabkan minyak tanah di sejumlah daerah termasuk Tanjung Jabung Timur menjadi langka.

Kondisi tersebut dimanfaatkan beberapa oknum tidak bertanggung jawab menjual minyak tanah yang dioplos dengan bahan bakar lainnya seperti premium.

"Apalagi masih banyak warga Tanjung Jabung Timur yang masih bergantung pada minyak tanah meski program konversi telah dimulai," katanya.

Ibnu mengatakan, dari penyelidikan di lapangan diketahui minyak tanah yang beredar telah berubah warna menjadi kehitaman atau kecokelatan tidak seperti minyak tanah biasa.

Perubahan warna itu, kata dia, karena telah dicampur dengan berbagai bahan minyak lain, dan yang lebih berbahaya jika dioplos dengan premium karena berpotensi meledak saat dinyalakan.

"Untuk mengantisipasi banyaknya modus pengoplosan minyak tanah, Disperindag tengah melakukan pendataan terhadap para pengecer atau agen minyak tanah di daerah ini," katanya.

"Kami juga telah berkoordinasi dengan pihak kepolisian. Pengoplosan minyak tanah merupakan tindakan pidana, melanggar UU Nomor 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen," katanya.

Pelaku dapat diancam hukuman pidana penjara paling lama lima tahun kurungan serta membayar denda paling banyak Rp2 miliar.
(KR-BS)


Editor: Fitri Supratiwi

Truk Tangki & 22 Drum Minyak Tanah Diamankan

SIANTAR- Sebanyak 1 unit truk tangki minyak tanah non subsidi diamankan polisi di depan rumah tukang bakso keliling di Jalan Singosari Kelurahan Banten, Siantar, Kamis (5/4). Bersama truk ditemukan 22 drum, 1 unit mesin genset. Namun tidak seorang pun warga mengetahui siapa pemilik truk dan drum itu, mereka kompak tutup mulut.
Menurut Ahmad Suandi (55), warga sekitar menyebutkan, truk tangki yang parkir di depan rumah Paidi (50), baru hari itu mereka lihat. Ia juga mengaku tidak tahu siapa pemilik truk dan drum-drum berisi minyak tanah tersebut. “Kurang tahu saya dari mana minyak ini, siapa pemiliknya. Kita juga baru melihat hari ini begitu ada keramaian saya langsung datang,” aku Suandi. Ia menduga, si pemilik minyak tanah tersebut menumpang di halaman rumah milik Paidi, si tukang bakso keliling. Uniknya, Marikem (40) istri Paidi, pemilik halaman rumah tempat truk dan drum-drum tersebut ditemukan mengaku tidak tahu siapa pemilik minyak tanah tersebut.
“Tadi pagi saat berangkat kerja, saya tidak ada melihat truk dan drum di halaman rumah,” kata Marikem. Dia menyebutkan, setiap pagi pukul 08.00 WIB, ia sudah berangkat kerja. Suaminya juga sudah bergerak untuk jual bakso keliling. Sementara dua anaknya juga tidak ada di rumah sebab pergi ke sekolah. “Jadi saya sendiri tidak tahu siapa pemilik minyak tanah itu,” kata Marikem. Tetangga Paidi, Ngatimin, juga tidak tahu. Hampir semua warga Jalan Singosari mengaku tidak tahu siapa pemilik drum berisi minyak tanah tersebut. Pemilik bengkel las yang dijuluki si Om juga mengaku tidak tahu siapa yang empunya drum-drum tersebut. “Jujur Bang, saya tidak tahu, kita baru saja datang,” katanya. Lurah Banten Isman kepada METRO, menuturkan, ia sendiri tidak tahu siapa pemilik minyak tanah itu. “Saya pun tak tahu siapa pemiliknya. Warga juga sudah kita tanyai, tapi mereka mengaku tidak tahu,” katanya. Kapolres Siantar AKBP Alberd Sianipar memerintahkan agar memberikan police line. ”Tolong kalian beri police line ya,” ujarnya. Kasat Reskrim AKP Azaruddin mengatakan, untuk sementara truk tangki minyak tanah non subsidi, drum-drum berisi minyak tanah dan mesin genset penyedot minyak tanah diamankan. Ketika ditanya kalau memang tidak ada masalah lalu kenapa dipolice line, AKP Azarudin mengatakan, tugas polisi untuk melakukan pengamanan.
Kedatangan polisi diduga sudah bocor. Sebab kata warga yang meminta namanya tidak dikorankan, truk itu datang pukul 11.00 WIB. Kemudian supir dan kernetnya bongkar muat. Minyak tanah dari truk tangki disedot pakai mesin penyedot kemudian dipindahkan ke drum kosong yang disusun rapi di depan rumah Paidi. Amatan METRO, di lokasi penemuan truk tangki BK 9737 CB berkapasitas 5.000 liter dan drum-drum berisi minyak tanah itu ramai warga. Kehadiran polisi mengundang perhatian warga, termasuk pengguna jalan raya. Beruntung sejumlah personel Sat Lantas yang diturunkan ke lokasi untuk mengatur arus lalu-lintas sehingga tidak sampai terjadi kemacetan.(dro/mag 1)