Kenaikan Ditunda, Harga BBM Eceran Tetap Tinggi

ECERAN: Bensin eceran tetap dicari, karena stok di SPBU minim. Harga pun langsung meroket. HAMDANANAKPOST
Meski harga BBM ditundak kenaikannya, bukan berarti harga bensin di pedalaman turun. Harga eceran di kota Putussibau misalnya, masih tetap tinggi Keadaan ini jelas dikeluhkan warga. Untuk membeli di SPBU atau APMS (Agen Premium Minyak Tanah dan Solar) sudah keburu habis.Awang Ramelan, Putussibau

“YANG saya tahu pemerintah daerah sudah buat aturan tentang HET. Tapi harga bensin di kios masih tinggi. Rata-rata Rp 8.000 per liternya. Jelas ini sangat memberatkan kita,” ungkap salah seorang warga yang minta namanya tak dikorankan.Ditambahkan warga tersebut, untuk mendapatkan bensin di APMS membutuhkan perjuangan ekstra. Saling berebutan dan harus antre berjam-jam. Kondisi itu terjadi karena antrean kendaraan pengisi bensin didominasi para ‘’pengeret’’.

Yang mana para pengeret itu khusus antre untuk mendapatkan bensin dan kemudian dijual kembali. Setiap APMS buka, baik di daerah Kota maupun di Kedamin, selalu dipenuhi para pengeret. Uniknya lagi, para pengeret ini ada yang sampai berbekal makanan dan minuman. Juga berbekal jeriken. Setelah mendapatkan minyak mengisi ke tangki motor, keluar APMS dan langsung menyedotnya ke dalam jerigen. Padahal, kegiatan itu dilakukan mereka tak jauh dari lokasi APMS berada.

 “Bahkan ada diantara pengeret itu oknum pegawai negeri dan oknum anggota polisi. Terang saja keadaan itu membuat kami sebagai warga menjadi kesulitan. Terpaksa membeli di kios meski harga mahal,” tambahnya.  Sebenarnya, kondisi demikian bisa terurai jika ada ketegasan dari pihak terkait. Baik itu pemerintah daerah maupun aparat keamanan seperti kepolisian. Tak sebatas imbauan semata, namun ditindaklanjuti dengan ketergasan penertiban. Sehingga masyarakat bisa merasakan kenyamanan dalam mendapatkan bahan bakar minyak yang wajar.

Harga eceran dengan Rp8 ribu per liter, menurutnya masih tergolong murah. Karenanya jaraknya masih di perkotaan. Artinya, mereka yang antre untuk dijual kembali di kota yang tak terlampau jauh.‘’Bisa dibayangkan, bagaimana harganya di daerah padalaman? Sedangkan yang masih di sinisaja sudah Rp8 ribu. Bagaimana di tempat yang lebih jauh lagi,’’ ujar pengantre lainnya. (*)