Sembako Mahal, Gas Menghilang Masyarakat Pertanyakan Peran Pemko

PERAN pemerintah daerah dalam mengatasi gejolak pasar, pascarencana kenaikan BBM yang akan dilaksanakan 1 April ini dipertanyakan masyarakat. Penyebabnya, belum lagi dipastikan kenaikan BBM, tapi semua harga bahan pokok dan barang-barang strategis lainnya sudah melonjak di pasaran dengan kisaran kenaikan 10 sampai 15 persen.

Ironinya, selain mahal, kebutuhan sekunder masarakat seperti gas berukuran 12 kg yang dipasok Pertamina hilang di pasaran. Kondisi ini sudah berlangsung sejak sekitar seminggu lalu, sehingga ibu-ibu rumah tangga yang memasak pakai gas menjadi kelabakan.

Penderitaan masyarakat pun semakin kompleks. Masyarakat golongan ekonomi juga begitu susah dan mahal untuk mendapatkan minyak tanah untuk memasak. Penyebabnya, selain diduga banyak diseludupkan oleh oknum-oknum ke Riau, harga minyak tanah pun melonjak tajam di tingkat pengecer Rp 6 ribu sampai Rp 8 ribu/liter.

Pantauan Padang Ekspres di lapangan, harga sembako di beberapa pasar di Kota Bukittinggi rata-rata sudah naik 10 sampai 15 persen. Menurut pedagang pengecer di Pasar Bawah Bukittinggi, kenaikan rata-rata 10 sampai 15 persen harga kebutuhan pokok itu disebabkan melonjaknya harga pembelian dari tingkat pengumpul.

”Saya tidak usah sebutkan satu persatu harga kebutuhan pokok yang naik itu. Pokoknya semua harga kebutuhan pokok saat ini sudah naik 10 sampai 15 persen, sebelum pemerintah menaikan harga BBM 30 persen yang direncanakan 1 April ini,” ujar Mantari, 42, penjual bahan kebutuhan pokok di Pasar Bawah Bukittinggi, kepada Padang Ekspres, kemarin (26/3).

Selain sembako, gas elpiji yang dipasok Pertamina berukuran 12 kg, sejak seminggu belakangan juga menghilang dari pasaran. Kalaupun ada, harganya sudah mencapai Rp 100 ribu/tabung. Itu pun susah untuk didapati, sehingga ibu-ibu rumah tangga yang mempergunakan gas untuk memasak menjadi klabakan.

Untuk memastikan gas elpiji itu memang langka, Padang Ekspres meninjau langsung ke distributor gas elpiji, yang beralamat di samping kantor Polsekta Bukittinggi. Distributor gas elpiji dengan merek PT Agam Sumbar Lestari (PT ASL) itu tidak buka, alias tutup, sehingga tidak bisa mendapatkan konfirmasi kenapa gas elpiji tersebut menjadi langka.

Kondisi masyarakat semakin susah, ketika ibu rumah tangga yang memakai gas elpiji ingin beralih sementara ke minyak tanah untuk memasak. Minyak tanah pun langka. Kalau pun ada, harga di tingkat pengecer meningkat tajam Rp 6 ribu sampai Rp 8 ribu/liter. Penyebabnya, karena minyak tanah tersebut diseludupkan ke Riau oleh oknum-oknum yang bermain dengan para agen minyak tanah.

”Dengan meningkatnya harga semua kebutuhan pokok dan barang-barang strategis lainnya pascarencana kenaikan BBM yang akan dilaksanakan pemerintah pusat 1 April ini, kami berkesimpulan peran pemerintah daerah tidak terlihat sama sekali. Padahal, fungsi dari pemerintah daerah itu, salah satunya adalah mengendalikan harga kebutuhan pokok di daerahnya,” ujar sejumlah warga.

Kepala Dinas Perdagangan Industri dan Koperasi (Perindagkop) Bukittinggi, Gustaf, mengaku secara rutin dua kali seminggu memantau harga kebutuhan pokok dan kebutuhan strategis lainnya di pasar-pasar dalam Kota Bukittinggi. (edi)
[ Red/Redaksi_ILS ]