Tabung Gas Meledak Bakar Setengah Rumah

Metrotvnews.com, Mandailing Natal: Sebuah rumah di Mandailing Natal, Sumatra Utara, Rabu (25/4) petang, nyaris terbakar. Pasalnya tabung gas berukuran tiga kilogram di dalam rumah, tiba-tiba meledak.

Ledakan tersebut membuat pemilik rumah menjerit minta pertolongan warga. Sontak, warga sekitar rumahnya langsung datang dan menghubungi pemadam kebakaran.

Petugas pemadam kebakaran yang tiba di lokasi, langsung memadamkan api. Namun, api sudah membakar setengah rumah.

Akibatnya, sejumlah perabotan rumah dan bagian langit-langit hangus terbakar. Meski tak ada korban jiwa, kerugian ditaksir hingga puluhan juta rupiah.(TII)

Harga Minyak Tanah di berau Rp15 Ribu Per Liter

TANJUNG REDEB- Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di Kabupaten Berau saat ini berimbas dnegan melambungnya harga minyak tanah. Saat ini, harga minyak tanah di berau per liternya mencapai antara Rp13 ribu hingga Rp15 ribu.
Kelangkaan minyak tanah yang menyebabkan melabungnya harga, itu baru terjadi sekitar sepekan ini. Pasalnya, minyak tanah saat ini sulit didapatkan oleh para pengecer di agen-agen yang ada di Berau. Diketahui, minyak tanah merupakan salah satu bahan kebutuhan utama para ibu rumah tangga (IRT) di Berau.
”Apa yang terjadi di Kabupaten Berau saat ini, belum selesai karena sulitnya mendapatkan BBM serta harganya yang luar biasa. Sekarang giliran minyak tanah lagi yang mengalami kelangkaan dan bahkan haraganya pun selangit untuk bisa mendapatkannya,” kata Roni, warga Berau saat ditemui membeli minyak tanah di salah satu agen di Jalan Murjani Tanjung Redeb, Minggu (22/4).
Menurutnya, minyak tanah merupakan salah satu kebutuhan dapur warga Berau untuk bisa memasak. Karena tidak semua warga atau masyarakat Berau menggunakan gas elpiji dan itu hanya digunakan sebagian masyarakat. Di Berau saat ini warganya masih banyak yang menggunakan kompor minyak tanah.
Sermentara itu, dari salah satu pengecer mengungkapkan, sebelumnya pada awal April hingga seminggu ke depannya minyak tanah masih lancar saja diantarkan oleh agen terdekat. Namun,  belakangan ini tidak pernah lagi diantarakan.
Saat ditanyakan ke agen, alasannya minyak tanah sampai saat ini belum masuk, sehingga kekosongan yang terjadi. Hal itu bukan hanya di satu agen saja, namun hamper smeua agen di berau.
Di dalam hal ini, katanya, seharusnya instansi terkait sudah mulai memeriksa di lapangan dan mencari apa penyebab dari kelangkaan minyak tanah ini. Pasalnya, dengan kelangkaan ini, tidak saja harga yang naik, namun untuk mendapatkanya pun sangat sulit.
”Secara pribadi kita berharap kelangkaan minyak tanah ini jangan sampai terjadi seperti kelangkaan BBM yang sampai berlarut-larut. Apabila ini terjadi, tidak tahu apa yang harus warga lakukan. Kita berharap kepada Pemkab Berau, khususnya instansi terkait bisa segera turun ke lapangan,” kata Rony. (sp)

Muniarti Harus Antre Minyak Tanah Sejak Subuh

TRIBUNNEWS.COM, NUNUKAN - Hingga kini minyak tanah masih sulit diperoleh di Nunukan. Kelangkaan minyak tanah ini dikeluhkan sejumlah warga Nunukan. Warga merasa kesulitan memenuhi bahan bakar untuk kebutuhan memasak.
Pantauan  di lapangan, antrean panjang di agen-agen minyak tanah terus terjadi. Di salah satu agen penjualan minyak tanah, warga bahkan mulai mengantre sejak pukul 05.00 pagi. Mereka mengantre sejak subuh untuk menunggu datangnya pasokan minyak tanah.
Sebagian warga rela mengantre hingga siang hari, meskipun mereka harus berpanas-panasan hanya untuk mendapatkan 5 liter minyak tanah, sesuai jatah yang diberikan kepada mereka.
Muniarti, ibu rumah tangga yang ikut mengantre mengatakan, kelangkaan minyak tanah ini membuat mereka kesulitan mencari bahan bakar. Dengan kelangkaan minyak tanah ini, ia sempat beralih ke kayu bakar untuk beraktivitas sebagai ibu rumah tangga. Keluhan juga di sampaikan Rustam, warga lainnya yang ikut mengantre.
“Jadi kita memang sangat membutuhkan minyak tanah ini. Ini kadang seminggu baru datang, padhaal kita butuh masak makan dan sebagainya. Tolong diutamakan yang minyak tanah ini. Pakai gas mana tahan, pakai gas berapa harganya satu tabung? Kita sangat membutuhkan minyak tanah ini, sekarang pemerintah seperti apa?” ujarnya.

Tabung Meledak, Penghuni Terpanggang

BALIKPAPAN- Api berkobar di permukiman rumah petak berbahan kayu dan menewaskan penghuninya di Jalan Sepinggan Baru RT 35 No 212, Kelurahan Sepinggan, Balikpapan Selatan Sabtu (21/4) sekira pukul 14.00 Wita. Api dengan cepat berkobar di areal rumah kontrakan berjumlah 4 petak ini.
Syamsudin (42), penghuni petak, disinyalir terjebak dalam kobaran api yang sempat mengeluarkan ledakan keras. Ledakan diduga dari tabung gas 3 kilogram di bagian dapur. Dia ditemukan tim evakuasi dalam kondisi gosong di bagian dapur. Jasadnya sudah 90 persen hangus terbakar. Korban yang keseharian bekerja sebagai buruh itu, ditemukan dalam kondisi tertidur miring ke kanan.
Secara teliti, tim evakuasi dari Badan Penanggulangan Bencana dan Kebakaran (BPBK) Balikpapan, identifikasi Satreskrim Polres Balikpapan dan Polsek Balikpapan Selatan memisahkan jasad dengan serpihan puing-puing abu bekas kebakaran.
Khoirul Effendi (38), salah seorang saksi mata saat dimintai keterangan penyidik, mengaku sempat mendengar suara teriakan berasal dari rumah korban. Nah, saat itu pula, api sudah berkobar besar, apalagi angin juga bertiup kencang mengingat lokasi rumah berada di tengah lapangan.
“Saksi mendengar suara teriakan minta tolong. Namun saat hendak ditolong api sudah membesar, sempat terdengar suara ledakan juga,” terang Kapolres Balikpapan AKBP Sabar Supriyono yang memantau proses evakuasi jenazah di lokasi kebakaran.
Kurang lebih 1 jam api berkobar dan melalap bangunan kayu di areal petak kontrakan rumah itu. Si jago merah akhirnya dapat dijinakkan oleh tujuh unit mobil pemadam kebakaran dan mobil tangki air. Sekira 30 menit proses evakuasi jenazah rampung, kemudian dibawa ke RSU Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan guna kepentingan visum.
Sesaat sebelum kebakaran terjadi, korban diketahui berdua bersama anak tirinya bernama Ahmad (19). Sedangkan istrinya Waeda (40) sedang bekerja di luar rumah. Ahmad berhasil meloloskan diri dari pintu depan, sedangkan korban yang tengah berada di dapur terjebak api.
“Dugaan saat korban memasak kemudian terjadi ledakan dan kebakaran. Ini masih kami dalami lagi. Anak tiri korban bisa menyelamatkan diri saat api membesar dari ruang belakang bagian dapur,” kata Kapolres.
Bangunan petak model rumah panggung setinggi kurang dari 1 meter ini berukuran 4 x 6 ini terdiri dari ruang tamu, ruang tengah dan dapur. Ahmad sendiri sedang berada di ruang depan. Ada 7 kepala keluarga menempati 4 petak yang diketahui milik Wanuria.(*/aim/zal)

Warga Pekanbaru Kesulitan Minyak Tanah


Pekanbaru, (AntaraRiau-News) - Sejumlah warga yang berdomisili di Kecamatan Rumbai dan Kecamatan Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru, Riau, kesulitan mendapatkan minyak tanah untuk berbagai keperluan sehari-hari.

    "Kami agak kesulitan mencari minyak tanah, padahal biasanya banyak dijual di kedai setempat," kata Ny.Jumarni (39) warga Kelurahan Sri Meranti, Rumbai ditemui di Pekanbaru, Jumat.

     Dia mengatakan, sejak dua hari terakhirnya minyak tanah sulit didapat, padahal biasanya persediaan cukup pada warung terdekat.

     Pernyataan Jumarni tersebut terkait pedagang eceran minyak tanah di Kota Pekanbaru menaikkan harga yang semula hanya Rp8.000/liter kemudian menjadi Rp9.500/liter.

     Meski saat ini warga Rumbai telah mengunakan gas elpiji untuk kepeluan memasak tapi persediaan minyak tanah pada tiap rumah harus ada, sebagai antisipasi bila penjualan gas mengalami kendala.

     Pendapat serupa juga dialami Ny. Warsin (40) dan Ny. Tini penduduk Limbungan, Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, mereka mengalami kesulitan mendapatkan minyak tanah.

     Bahkan pada keluarga tertentu, mereka tidak memelukan gas tetapi minyak tanah meski harganya relatif mmahal, termasuk para beberapa pemilik rumah makan.

     Pemilik rumah makan dan ibu rumah tangga ada juga yang mengunakan kayu bakar untuk memasak aneka makanan, tentunya dengan bantuan minyak tanah.

     Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemkot Pekanbaru, Elsabrina ketika dikonfirmasi mengatakan pihaknya akan menurunkan petugas untuk memantau ke lokasi dalam mencari tahu kendala pendistribusian minyak tanah tersebut.

    "Petugas nanti kami terjunkan ke Rumbai, agar warga tidak kesulitan lagi mendapatkan minyak tanah," katanya.
Adityawarman

Gudang Elpiji Meledak, Tiga Orang Luka

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sebuah gudang gas penyimpanan tabung elpiji di Kampung Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor meledak, Rabu (18/4). Tiga orang luka-luka dalam insiden ledakan tersebut.

Informasi yang dihimpun, terbakarnya gudang tersebut bermula dari semburan api salah satu tabung gas yang bocor, sekitar pukul 11.00 WIB. Semburan api diduga akibat adanya puntung rokok yang dibuang sembarang di sekitar lokasi. "Tiga orang karyawan tersambar api langsung dibawa ke klinik terdekat," kata seorang saksi mata, Ridwan.

Kapolsek Tamansari, IPTU Ade Suhendri, mengatakan bahwa berdasarkan olah kejadian tempat perkara, dalam gudang tersebut terdapat ratusan tabung gas berbagai ukuran. Pihaknya kini menyita beberapa tabung gas yang diduga memicu ledakan beruntun sebagai barang bukti untuk penyelidikan lebih lanjut. "Tabung yang meledak pertama kali akan kami periksa," ujarnya.

Ia menambahkan, tiga orang korban yang mengalami luka bakar dalam insiden ini bernama Zakaria, Heri, dan Asep. Ketiganya merupakan karyawan gudang tersebut.
Redaktur: Dewi Mardiani
Reporter: Adi Wicaksono

Kompor Jelantah, Keunggulan dan Harapan

Neraca. Melambungnya harga gas dan kelangkaan tabung ukuran 3 kg yang terjadi di pelbagai daerah di Indonesia, nampaknya tak kunjung surut. Salah satunya di Kabupaten Ciamis, warga harus merogoh kocek lebih dalam dari Rp 14.000 menjadi Rp 17.000 di tingkat pengecer. Bahkan sebagian besar justru beralih menggunakan kayu bakar.
Realitas inilah yang mendorong Presiden Director PT Fajar Surya Lestari Giovanni A Widjaja tergerak untuk membantu masyarakat mencari energi alternatif yang murah dan mudah didapat. “Kami berpikir untuk membuat kompor berbahan bakar minyak goreng bekas atau jelantah, dan minyak nabati lainnya (seperti minyak biji jarak, minyak goreng curah, atau minyak kopra), untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar kompor yang efektif dan efisien,” ungkapnya.
PT Fajar Surya Lestari adalah sebuah perusahaan pabrikan yang menggeluti bidang assembly part, manufacture dan general suppliers, yang juga memproduksi kompor dengan merk dagang, “Jelantah,” dan dipasarkan melalui bendera PT Sumber Matahari Abadi selaku Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM) kompor Jelantah.
Menurut Jojo, ia akrab disapa dengan nama ini, sejak teknologi kompor Jelantah ditemukan oleh Hendra Hadiwijaya, sosialisasi kompor Jelantah di tengah masyarakat terus dilakukan. “Saat ini kami sudah memiliki distributor di empat provinsi, yakni Bangka Belitung, Lampung, Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara,” ujarnya menjelaskan.
Namun ia menyayangkan, lambannya tingkat penjualan produk yang menawarkan segudang keuntungan. Bukan saja bagi pengguna (masyarakat) namun bagi pemerintah dalam mengentaskan persoalan energi, khususnya memenuhi kebutuhan energi bagi masyarakat melalui pemanfaatan limbah sebagai energi alternatif yang efektif dan efisien.
“Banyak yang sudah kita lakukan untuk menarik perhatian banyak kalangan dalam mendorong penggunaan kompor minyak Jelantah, namun selalu menemui jalan buntu,” ungkap Jojo. Konon ia sudah menemui sejumlah menteri, petinggi dan pejabat terkait, bahkan telah mempresentasikan keunggulan kompor Jelantah di hadapan mereka. “Saya tidak tahu, mengapa sulit sekali menawarkan solusi terbaik yang sudah tersertifikasi keunggulannya,” ungkapnya yang mengaku tetap optimistis.
Pengujian yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)  bahkan menunjukkan bahwa kompor minyak Jelantah memiliki api dengan panas dua kali lipat dari kompor minyak tanah bahkan kompor gas, bebas polusi karena tidak menghasilkan asap hitam, dan aman karena tidak mungkin meledak, dan yang pasti sangat irit.
“Dalam satu liter minyak jelantah, api akan bertahan selama 4,5 jam. Sedangkan minyak tanah hanya 2 jam. Kita memiliki keuntungan dua kali lipat. Panas yang dihasilkan juga dua kali lipat karena kalori dari minyak jelantah sangat tinggi,” ungkapnya.  Untuk memasak air saja hanya butuh 12 menit, berbeda dengan kompor minyak tanah yang membutuhkan lebih dari 20 menit untuk ukuran air yang sama.
Produk yang baru diluncurkan April 2011 lalu dan diikutikan dalam Pameran Teknologi dan Inovasi yang digelar ITB-Bandung, bahkan sukses meraih penghargaan untuk kategori Produk Kreatif Terbaik. “Produk ini sudah diakui keunggulannya, dan kita berharap pemerintah dapat memberi perhatian dalam memberdayakannya kompor Jelantah sebagai salah satu alternatif dari solusi ketersediaan energi di tengah masyarakat,” ungkapnya menilai.
Produk yang dibandrol seharga Rp 300.000 per unit ini, dinilai menjadi pilihan tepat dalam menekan melambungnya subsidi pemerintah di bidang energi. Sebagai ilustrasi; bila penduduk Kepulauan Riau saja 733.986 KK, dan kebutuhan minyak tanah bersubsidi rata-rata Rp 5000 per liter (harga eceran non subsidi Rp 8.000-Rp 11.000 di tingkat nasional), sedangkan tiap KK membutuhkan 20 liter minyak tanah per bulan, maka subsidi bagi 733.986 KK mencapai Rp 73, 398 miliar per bulan.
Atau subsidi untuk gas 3 kg Rp 3.500 per kg, dengan kebutuhan tiap  KK mencapai 12 kg per bulan, maka subsidi pemerintah mencapai Rp 30,827 miliar per bulan di Kepulauan Riau. Nah dengan asumsi 50% jumlah KK masing-masing menggunakan minyak tanah dan gas, maka rata-rata penghematan subsidi per bulan mencapai Rp 52,113 miliar per bulan. Maka total investasi yang dikeluarkan pemerintah pusat atau daerah hanya Rp 217,993 miliar dapat dikembalikan dalam jangka waktu hanya sekitar 4 bulan. Luar biasa.
Jika program konversi ini dilakukan pemerintah, kata Jojo, maka semua pihak akan mendapat keuntungan. Disisi lain beban Pemerintah Pusat akan berkurang dengan melambungnya biaya subsidi bagi bahan bakar setiap bulannya, dan bagi Pemerintah Daerah juga membantu menjaga kelestarian lingkungan dan menggairahkan ekonomi masyarakat demi tercapainya kesejahteraan masyarakat.
Bagi petani setempat, lanjut Jojo, akan pula memetik keuntungan dengan menanam dan mengolah minyak nabati sebagai penyedia pasokan bahan bakar bagi kompor Jelantah. Sesuai program pemerintah tentang pemanfaatan bahan bakar nabati sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan, sesuai Inpres No.1 tahun 2006.
Dan masyarakat sebagai pengguna akan pula memperoleh keuntungan dari efisiensi dan efektifitas keunggulan kompor Jelantah, “Baik dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun dalam mengembangkan usaha, sebagai salah satu pendorong perekonomian nasional,” ungkap penuh harap.

(ade)

Mau Jual tiap Hari, tapi Stok Tidak Ada

Minyak tanah menjadi satu di antara bahan bakar minyak yang dibutuhkan masyarakat, seperti menghidupkan kompor atau pelita. Meski pemerintah telah berusaha untuk menekan ketergantungan terhadap minyak tanah dengan menyediakan elpiji kilogram, kerosin masih sangat dibutuhkan. Bahkan, orang seperti Akiang menjadikan kerosin sebagai sumber kehidupannya. Selama 22 tahun berkeliling menjual minyak tanah.  ADONG EKO, Pontianak

JARAK yang ditempuh tidaklah dekat, bagi Akiang yang usianya sudah mencapai 70 tahun. Ia  harus berjalan kaki dari Parit Baru, Kubu Raya menuju Pontianak untuk menawarkan minyak tanah yang telah dibelinya kepada agen. Dari tahun 1990, sebelum reformasi, hingga sekarang, dengan gerobak kayu yang berisikan sepuluh jeriken berisikan minyak tanah, lelaki yang berusia lebih dari setengah abad ini mendatangi satu persatu rumah yang sudah menjadi pelanggan tetapnya. “Kalau dihitung dari tahun 1990, kira-kira sudah 22 tahun saya jualan minyak tanah keliling,” katanya.

Tidak ada pelindung, seperti payung yang digunakan sebagai pelindung dari sengatan matahari. Hanya helmet kerupuk bekas, yang biasa digunakan pengendara sepeda motorlah yang digunakannya.   Akiang yang sedang mendorong gerobak di Jalan Imam Bonjol pada Rabu (18/4) laju mendorong gerobaknya. Bahkan saat hendak diwawancarai, mengatakan tidak sempat karena harus mengambil minyak tanah kepada agen di Kota Baru. “Saya mau ambil minyak tanah di Kota Baru, jadi tidak sempat,” katanya.

Baru setelah dijelaskan, maksud dan tujuan, bapak yang kelihatan cepat mendorong gerobak ini mengizinkan untuk diwawancara. Kepada Pontianak Post, ia mengatakan, harus menempuh jalan yang cukup jauh untuk menjual setiap liter minyak tanah. “Saya tinggal di Parit baru, dengan gerobak ini saya menuju Pontianak untuk berjualan,” terangnya.

Lanjut dia, pekerjaan yang sudah dilakoni selama puluhan tahun ini harus tetap dijalani karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa dikerjakan selain berjualan minyak tanah secara keliling. “Sekarang mau kerja apa umur sudah tua, kalau tidak kerja saya mau makan apa,” ucapnya. Untung yang didapat dari berjualan minyak tanah tidak lah begitu besar. Dari agen, ia mengambil perliter Rp7.500 dan dijual kepada masyarakat Rp8.000 perliter. “Kalau mau jual mahal, siapa yang mau beli. Untung sedikit tidak apa-apa yang penting minyaknya habis,” katanya. Ia menambahkan, berjualan minyak tanah tidak setiap hari dilakukan, setidaknya satu minggu tiga sampai empat kali. Tergantung dari stok yang tersedia di agen. “Mau jual tiap hari, tapi stoknya yang tidak ada,” terangnya. (*)

Minyak Tanah Rp 12 Ribu Perliter di Kateman Inhil

Masyarakat Kateman, Inhil mengeluhkan mahalnya harga minyak tanah. Mereka harus beli dengan harga mahal, Rp 12 ribu perliter.

Riauterkini-TEMBILAHAN-Masyarakat di Kecamatan Kateman mengeluhkan sulitnya memperoleh minyak tanah (Mitan), kalau pun ada harganya sangat mahal mencapai Rp 12 ribu perliter.

Menurut pengakuan warga saat ini memang mereka sangat sulit mendapatkan Mitan, kalau pun ada dijual eceran di warung-warung, maka harganya sangat tinggi, bisa mencapai Rp 12 ribu perliternya.

“Saat ini minyak tanah sangat sulit diperoleh, kalau pun ada dijual harganya mencapai Rp 12 ribu perliternya,” ungkap Bujang, warga Kateman kepada riauterkini.com, Kamis (19/4/12).

Menurutnya, langkanya minyak tanah ini menyebabkan warga kesulitan, karena saat ini di desa-desa masih banyak warga yang memasak menggunakan minyak tanah dan untuk menghidupkan lampu teplok, bagi desa yang belum tersentuh jaringan listrik kalau malam hari.

“Kan tidak semua warga memasak menggunakan kompor gas bantuan pemerintah itu, kalau di kampung masih banyak yang menggunakan kompor. Juga bahan bakar lampu teplok untuk penerangan pada malam hari,” sebutnya.

Camat Kateman, Yuliargo ketika dikonfirmasi riauterkini.com terkait kelangkaan minyak tanah di Kecamatan Kateman ini menyatakan bahwa sulitnya mendapatkan Mitan ini, karena memang jatahnya dikurangi sejak berlakunya konversi minyak tanah ke elpiji.

“Kalau dikatakan langka, ya karena memang sekarang kan jatah kuota minyak tanah dikurangi sejak diberlakukannya konversi minyak tanah ke elpiji,” jawabnya kepada riauterkini.com, Kamis (19/4/12).

Apalagi, tambahnya, jatah kuota minyak tanah bagi Kecamatan Kateman juga disuplai ke 32 pangkalan BBM di Kecamatan Pelangiran, Mandah, Pulau Burung dan Teluk Belengkong.***(mar)

Gas Langka, Minyak Tanah Apalagi

Akhir-akhir ini ibu rumah tangga di Kota Padang dan daerah lainnya di wilayah Sumatera Barat (Sumbar) kerepoton menjalankan tugas mulianya menyediakan makanan buat keluarga. Bukan karena harga cabai, bawang, ikan atau daging yang naik. Tapi karena langkanya minyak tanah dan gas elpiji, sehingga mereka tidak bisa memasak.
Minyak tanah memang sulit didapat sejak beberapa bulan terakhir. Selain susah didapat, kalau pun ada yang menjual, harganya sudah tinggi. Tak sesuai lagi dengan harga eceran tertinggi (HET) di Kota Padang  atau daerah kota dan kabupaten lainnya. HET minyak tanah bersubsidi di Kota Padang Rp2.810 per liter. Tapi realitasnya minyak tanah sampai dijual dengan harga Rp4.000 s/d Rp8.000 per liter. Padahal subsidi minyak tanah untuk Sumbar belum dicabut lagi.
Langka dan mahalnya harga minyak tanah di Sumbar besar dugaan dipicu oleh pencabutan subsidi minyak tanah untuk wilayah Provinsi Riau, menyusul di provinsi tetangga tersebut telah diberlakukan program konversi minyak tanah ke gas. Di Riau HET minyak tanah Rp8.000 per liter. Tingginya disparitas harga minyak tanah di wilayah Sumbar dibanding wilayah Riau menyebabkan pihak-pihak yang tak bertanggung jawab memanfaatkan kesempatan.
Diduga banyak minyak tanah bersubsidi di Sumbar yang merembes alias diselundupkan ke wilayah Riau. Akibatnya minyak tanah di Sumbar jadi langka. Terbatasnya stok minyak tanah di Ranah Minang juga menyebabkan harganya jadi meroket. Minyak tanah yang merembes ke provinsi tetangga berasal dari agen-agen nakal.
Motiv penyelundupan minyak tanah bersubsidi ke wilayah Riau beragam. Ada yang menggunakan mobil travel, mini truk dan truk. Minyak tanah disimpan dengan jerigen atau drum lalu dilatakkan pada posisi paling bawah dan  ditutup dengan hasil pertanian dan barang lainnya, seperti kelapa, beras, telor dan lainnya.
Karena minyak tanah susah didapat, harganya mahal dan pemerintah juga menganjurkan supaya masyarakat ke gas elpiji, akhirnya masyarakat beralih ke anjuran tersebut. Begitu sebagian masyarakat mulai terbiasa menggunakan gas, tahu-tahunya pasokan gas juga tidak lancar. Begitu pasokan tersendat, sesuai dengan hokum pasar, harganya pun langsung melambung.
Biasanya, gas berat 12 kilogram dijual dengan harga sekitar Rp77.000 per tabung. Tapi sejak  beberapa pekan belakangan haranya melonjak mencapai Rp85.000 per tabung, bahkan ada yang mencapai Rp95.000. Ibu-ibu rumah tangga pun dihadapkan pada persoalan pelik. Mau kembali mengkonsumsi minyak tanah, tentu bukan pilihan lagi. Pasalnya selain sulit didapat, harga minyak tanah pun juga mahal.
Kelangkaan gas hampir merata di wilayah Kota Padang dan daerah kota/kabupaten lainnya di Sumbar. Masyarakat jadi bingung. Mau mengikuti anjuran pemerintah, beralih dari menggunakan minyak tanah ke gas  elpiji, tapi justru dihadapkan lagi dengan persoalan baru. Dari waktu ke waktu permasalahan itu ke itu ke itu saja. Tata kelola hilir minyak tanah agas wajib untuk perbaiki. Ada sesuatu yang tak beres yang perlu untuk ditangani secara serius.  Pemerintah dan aparat penegak hukum mesti bertindak tegas terhadap para pelaku penyelewengan minyak tanah dan gas elpiji.
Itu baru persoalan kelangkaan. Ada lagi persoalan lain yang terkait dengan gas elpiji. Nyaris sebagian gas elpiji yang dijual di kedai-kedai, agen dan bahkan distributor tak ukurat lagi beratnya. Disinyalir gas tersebut sebagiannya telah disuling ke tabung yang lain, sehingga isinya jadi berkurang. Begitulah  motiv lain, para pemain gas elpiji mendapatkan keuntungan lebih. Sangat jarang, pedagang atau agen gas elpiji yang menyediakan timbangan untuk mengukur berat gas yang dijualnya. Padahal itu adalah salah satu syarat yang mestinyta dipatuhi. Permasalahan seperti  ini nyaris luput dari perhatian pemerintah. Padahal ujung-ujungnya yang rugi tetaplah masyarakat.  Permasalahan minyak tanah dan gas adalah salah satu  problema penting yang harus diselesaikan pemerintah secara serius. ***

Mei Mendatang, Minyak Tanah Ditarik

Manado – Upaya pemerintah untuk mengurangi beban Negara dari biaya subsidi BBM ternyata sangat serius dilakukan. Hal ini dibuktikan dengan bakal ditariknya peredaran Minyak tanah dengan harga yang disubsidi oleh pemerintah yang direncanakan akan dimulai pada pertengahan Mei 2012.
“Saat ini penarikan minyak tanah sudah mencapai 40 persen, nanti pada pertengahan Mei akan mencapai 100 persen,” kata Sales Area
Manager BBM Retail , di Manado. Penarikan minyak tanah tersebut, kata akan dilakukan di daerah-daerah yang sudah melakukan program konversi elpiji. “Ada sembilan dari 15 kabupaten/kota yang ada di Sulut telah melaksanakan program konversi elpiji dan saat ini sudah rampung berdasarkan data dari BPH Migas, karena itu penarikan minyak tanah bersubsidi sudah harus dilakukan,” kata .
Irwansyah mengatakan, penarikan minyak tanah bersubsidi tersebut, guna menghindarkan terjadinya subsidi ganda, karena elpiji juga mendapat subsidi pemerintah. Kendati minyak tanah bersubsidi akan ditarik semuanya, tetapi Irwansyah mengatakan Pertamina tetap menyediakan minyak tanah bagi masyarakat yang tidak mau beralih ke elpiji, dengan BBM non subsidi.
“Minyak tanah non subsidi harga keekonomian akan disebar hingga pedesaan, dengan demikian masyarakat masih tetap memperoleh bahan bakar tersebut dengan harga mengikuti perkembangan pasar internasional,” kata Irwansyah.
Pertamina Manado sejak tahun lalu melakukan pengendalian minyak tanah bersubsidi di pasaran, dengan secara perlahan-lahan mengurangi pasokan ke pangkalan minyak tanah yang ada.
“Pertama dilakukan untuk kawasan masyarakat di Kota Tomohon, kemudian diikuti daerah lainnya, dan diharapkan pada pertengahan Mei 2012 tidak ada lagi distribusi minyak tanah subsidi kepada masyarakat Sulut,” kata Irwansyah. (is)

Diduga Akibat Tabung Gas Meledak

7 Rumah Warga Tembilahan Ludes Terbakar

Tujuh unit rumah warga Tembilahan Kota, Inhil ludes diamuk kobaran api. Musibah tersebut diduga kuat akibat tabung gas meledak.

Riauterkini-TEMBILAHAN-Kebakaran hebat terjadi di Jalan M Siap Gang Cempaka RT 04 RW 04 dan Gang Cenderawasih RT 05 RW 04 Tembilahan kota, Rabu (18/4/12) sekitar pukul 12.40 WIB. Akibatnya, 7 unit rumah ludes terbakar dan satu unit dirobohkan.

Menurut keterangan warga sekitar, sesaat sebelum kobaran muncu terdengar ledakan, diduga dari ledakan tabung kompor gas. Kemudian kobaran api langsung membesar, apalagi dipicu tiupan angin kencang.

"Menurut warga saya memang sebelumnya ada ledakan seperti ledakan tabung kompor gas," ungkap Ketua RT 04/ RW 04 Kelurahan Tembilahan, Abdul Rahman kepada wartawan, Rabu (18/4/12).

Menurutnya, warganya yang menjadi korban kebakaran tersebut, yakni Sabri, Husnaini, Asril Chan dan Seni. sedangkan di Gang Cenderawasih RT 05 RW 04 ada tiga unit rumah yang terbakar dan satu unit dirobohkan.

"Dalam kejadian ini ada korban yang sama sekali tidak dapat menyelamatkan barang berharga miliknya, kecuali baju yang melekat dibadannya. Ia saja untungnya segera ditarik keluar dari rumahnya oleh warga lainnya," sebut Rahman.

Berdasarkan pemantauan riauterkini.com tampak kobaran api yang mengganas ditengah tiupan angin kencang tersebut dalam tempo sekitar setengah jam telah meludeskan 7 unit rumah.

Untungnya, sesaat setelah kebakaran Damkar dari Paguyuban Sosial Marga Tionghoa (PSMTI) Inhil dan Damkar Jalan Padupai Tembilahan dan warga sekitar dengan menggunakan alat seadanya langsung bergerak dan memadamkan api yang sedang berkobar.

Sedangkan Damkar Pemkab Inhil yang datang kemudian tidak dapat berbuat banyak, karena mobilnya tak bisa masuk lokasi kebakaran dan keterbatasan air. Setelah meludeskan 7 unit rumah dan satu unit dirobohkan, kobaran api baru dapat dipadamkan.

Kapolsek Tembilahan, Ipda A Raymon Tarigan membenarkan kebakaran tersebut dan menyebutkan ada 7 unit rumah yang terbakar.

"Dari hasil sementara kita ketahui ada 7 unit rumah yang terbakar dan satu unit dirobohkan," ungkap Kapolsek Tembilahan, Ipda A Raymon Tarigan kepada riauterkini.com, Rabu (18/4/12) ketika ditemui di lokasi kebakaran tersebut.***(mar)

Harga Elpiji Rp 35.000

Pontianak, Kompas - Harga isi ulang elpiji bersubsidi 3 kilogram di beberapa daerah Kalimantan Barat Rp 35.000 per tabung. Meski mahal, masyarakat terpaksa membeli elpiji karena sulit mendapat minyak tanah.
Demikian dikatakan sejumlah warga di pedalaman Kalbar, seperti Kabupaten Bengkayang, Sintang, dan Kapuas Hulu, Minggu (15/4). Harga yang ditanggung warga pedalaman itu berbeda jauh dibandingkan dengan di pangkalan Kota Pontianak, ibu kota Provinsi Kalbar, yakni Rp 12.750 per tabung 3 kilogram.
Kurniawati (35), warga Desa Nanga Semangut, Kecamatan Bunut Hulu, Kapuas Hulu, mengatakan, harga elpiji tidak menentu, tergantung dari persediaan di pengecer. Kalau pasokan banyak, harga turun menjadi Rp 30.000 per tabung. Namun, kalau pasokan sedikit, harga elpiji Rp 35.000 per tabung.
”Masyarakat terpaksa membelinya juga walaupun sangat mahal karena minyak tanah juga sulit diperoleh. Kalaupun ada, harganya Rp 10.000 per liter. Kami bingung, katanya kami diarahkan memakai gas, tetapi harganya mahal sekali,” katanya.
Di Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, menurut Ketua Badan Perwakilan Desa Semunying Jaya Jamaludin, elpiji diperoleh dari Pasar Seluas, Bengkayang, atau pasar di Sambas melalui sungai sehingga pasokannya tidak tentu. ”Kalau mahal begitu, subsidinya ada di mana?” ujar Jamaludin.
Di Desa Embaloh Hulu, Kapuas Hulu, meski sudah mendapat paket kompor gas dan tabung elpiji, warga tidak bisa menggunakannya. Di sana, tidak ada agen atau pengecer untuk tabung isi ulang. ”Warga Embaloh Hulu memilih pakai elpiji dari Malaysia karena mudah diperoleh. Harga elpiji 14 kilogram dari Malaysia Rp 120.000-Rp 130.000 per tabung,” kata Camat Embaloh Hulu Hermanus.
Sales Representative LPG PT Pertamina Wilayah Kalbar Valino mengaku saat ini baru ada dua stasiun pengisian bahan bakar elpiji (SPBE) di Kota Pontianak. Dari sana, tabung elpiji baru didistribusikan ke satu kota dan 12 kabupaten di Kalbar. ”Untuk memberi kepastian harga, Gubernur Kalbar menetapkan HET elpiji di tiap kabupaten. Seperti di Sintang Rp 20.000 per tabung,” kata Valino. (aha)

Elpiji Mahal Karena Keterbatasan SPBE

PONTIANAK, KOMPAS.com - Mahalnya harga isi ulang gas elpiji subsidi tiga kilogram, bahkan mencapai Rp 45.000 per tabung di pedalaman Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat terjadi akibat terbatasnya jumlah stasiun pengisian bahan bakar elpiji. Tahun 2012 ini, dibangun lagi tiga SPBE.
Sales Representative LPG PT Pertamina Wilayah Kalbar Valino, Rabu (18/4/2012) mengatakan, saat ini gas elpiji tiga kilogram memang baru bisa diisi di dua SPBE di Kota Pontianak. Di kabupaten dan kota lain, ditetapkan harga eceran tertinggi (HET) sesuai biaya transportasi dari Pontianak.
"Saat ini sedang dibangun SPBE di Kota Singkawang, Sanggau, dan Sintang," kata Valino. Di Kota Pontianak, HET gas elpiji tiga kilogram hanya Rp 12.750 per tabung, sedangkan di Sintang mencapai Rp 20.000, dan Kapuas Hulu Rp 25.000. Namun, di wilayah pedalaman Sintang, harga isi ulang gas elpiji mencapai Rp 45.000 per tabung karena mahalnya biaya transportasi. 

Harga Elpiji Tiga Kilogram di Sintang Tembus Rp 45.000

SINTANG, KOMPAS.com - Harga isi ulang elpiji subsidi tiga kilogram di pedalaman Sintang, Kalimantan Barat sudah menembus Rp 45.000 per tabung.
Masyarakat terpaksa membelinya karena sulit mendapatkan minyak tanah. Yosua Ahon (40), warga Kecamatan Ketungau Hulu, Sintang mengatakan, salah satu wilayah yang harga isi ulang elpiji tiga kilogram mencapai Rp 45.000 itu adalah Senaning yang berbatasan dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia.
"Selain harganya mahal, elpiji juga tidak selalu tersedia karena ambilnya jauh sekali," kata Yosua, Selasa (17/4/2012). Elpiji di Senaning dan sejumlah daerah pedalaman Ketungau Hulu dipasok dari Balai Karangan, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau.
Yosua mengungkapkan, kebijakan konversi energi makin menyengsarakan masyarakat karena minyak tanah sulit diperoleh dan harga elpiji pun sangat mahal.

Minyak Tanah di Kaltim Kosong

BALIKPAPAN Pasokan minyak tanah di seluruh daerah di Kalimantan Timur (Kaltim) terus berkurang, terutama di daerah utara, perbatasan, dan pedalaman.
Minyak tanah bersubsidi sulit didapat di beberapa kabupaten, seperti Malinau, Nunukan, Tanah Tidung, dan Kabupaten Bulongan. Hal ini menyebabkan harga eceran minyak tanah di tingkat pengecer naik melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan bupati dan wali kota setempat.
Harga minyak tanah di Tarakan melebihi daya jangkau rakyat, kadang mencapai Rp 3.500 per liter. Di Balikpapan harga minyak tanah di tingkat pengecer mencapai Rp 11.000 per liter. Padahal, HET yang ditetapkan Wali Kota Balikpapan hanya Rp 9.000 per liter.
Harga tersebut, menurut pembuat penganan gorengan, melebihi harga premium di tingkat pengecer yang hanya Rp 500 sampai Rp 600 per liter. Kekosongan minyak tanah di Kota Balikpapan dinilai wajar, karena Pertamina telah lama tidak memasok minyak tanah lantaran sebagian besar warga telah beralih ke gas. Di Tarakan harga eceran minyak tanah sudah mencapai Rp 6.000 hingga Rp 7.500 per liter.
Kalaupun menggunakan minyak tanah, itu terbatas sekali, hanya untuk menghidupkan api. Atau mereka menggunakannya untuk bahan bakar lampu duduk dan lampu templek.
Di Kota Tarakan, Wali Kota Tarakan telah menerbitkan edaran tentang harga jual minyak tanah di tingkat pengecer. Dalam edaran tertanggal 17 April 2012 tersebut, tingkat pangkalan minyak tanah Rp 3.200 per liter, sedangkan tingkat pengecer Rp 3.500 per liter. Minyak tanah masih dipakai kalangan rumah tangga yang enggan memakai gas, walaupun pemerintah kabupaten kota menyarankan agar warga beralih ke gas.
Sementara itu, harga gas per tabung ukuran 20 kilogram di Balikpapan mencapai Rp 80.000, sedang kan harga gas Pertamina di Tarakan, Nunukan, dan Tanjung Redeb Berau mencapai Rp 150.000.
Dari Malaysia
Warga perbatasan dan pedalaman lebih cenderung memakai gas Shell tabung berwarna kuning dari Malaysia, itu pun sangat terbatas, apabila pasokan dari Malaysia cukup banyak.
Wali Kota Tarakan Udin Hianggio menyerukan Pertamina yang rencananya menarik minyak tanah dari pasaran di Tarakan untuk menggantikannya dengan gas, agar menunda penarikan minyak tanah bersubsidi di Tarakan sementara waktu, hingga Pertamina dan warga benar benar siap memasok gas. Gas ukuran 3 kilogram atau 20 kilogram cukup memenuhi permintaan masyarakat di Tarakan.
Pertamina sekarang ini tidak mampu memasok gas bagi keperluan masyarakat Tarakan. Sementara itu, Pertamina yang telah mengetahui adanya kenaikan minyak tanah di tingkat pengecer, sejak Sabtu, 7 April melakukan operasi pasar, dengan lebih banyak memasarkan minyak tanah, dan memasok ke 120 pangkalan di Tarakan untuk dipasarkan ke 20 kelurahan di Tarakan.
Pertamina mulai menarik minyak tanah sejak akhir Februari, namun tidak sanggup memenuhi permintaan gas warga Kota Pulau, yang terletak tidak jauh dari perbatasan Malaysia. 
(Sinar Harapan)

Kenaikan Ditunda, Harga BBM Eceran Tetap Tinggi

ECERAN: Bensin eceran tetap dicari, karena stok di SPBU minim. Harga pun langsung meroket. HAMDANANAKPOST
Meski harga BBM ditundak kenaikannya, bukan berarti harga bensin di pedalaman turun. Harga eceran di kota Putussibau misalnya, masih tetap tinggi Keadaan ini jelas dikeluhkan warga. Untuk membeli di SPBU atau APMS (Agen Premium Minyak Tanah dan Solar) sudah keburu habis.Awang Ramelan, Putussibau

“YANG saya tahu pemerintah daerah sudah buat aturan tentang HET. Tapi harga bensin di kios masih tinggi. Rata-rata Rp 8.000 per liternya. Jelas ini sangat memberatkan kita,” ungkap salah seorang warga yang minta namanya tak dikorankan.Ditambahkan warga tersebut, untuk mendapatkan bensin di APMS membutuhkan perjuangan ekstra. Saling berebutan dan harus antre berjam-jam. Kondisi itu terjadi karena antrean kendaraan pengisi bensin didominasi para ‘’pengeret’’.

Yang mana para pengeret itu khusus antre untuk mendapatkan bensin dan kemudian dijual kembali. Setiap APMS buka, baik di daerah Kota maupun di Kedamin, selalu dipenuhi para pengeret. Uniknya lagi, para pengeret ini ada yang sampai berbekal makanan dan minuman. Juga berbekal jeriken. Setelah mendapatkan minyak mengisi ke tangki motor, keluar APMS dan langsung menyedotnya ke dalam jerigen. Padahal, kegiatan itu dilakukan mereka tak jauh dari lokasi APMS berada.

 “Bahkan ada diantara pengeret itu oknum pegawai negeri dan oknum anggota polisi. Terang saja keadaan itu membuat kami sebagai warga menjadi kesulitan. Terpaksa membeli di kios meski harga mahal,” tambahnya.  Sebenarnya, kondisi demikian bisa terurai jika ada ketegasan dari pihak terkait. Baik itu pemerintah daerah maupun aparat keamanan seperti kepolisian. Tak sebatas imbauan semata, namun ditindaklanjuti dengan ketergasan penertiban. Sehingga masyarakat bisa merasakan kenyamanan dalam mendapatkan bahan bakar minyak yang wajar.

Harga eceran dengan Rp8 ribu per liter, menurutnya masih tergolong murah. Karenanya jaraknya masih di perkotaan. Artinya, mereka yang antre untuk dijual kembali di kota yang tak terlampau jauh.‘’Bisa dibayangkan, bagaimana harganya di daerah padalaman? Sedangkan yang masih di sinisaja sudah Rp8 ribu. Bagaimana di tempat yang lebih jauh lagi,’’ ujar pengantre lainnya. (*)

Tabung Gas Meledak, 40 Bangunan Ludes Terbakar

BERITAJAKARTA.COM — 13-04-2012 13:29
Kebakaran hebat melanda pemukiman padat penduduk di RT 001 dan 02 RW 14, Cililitan, Kramatjati, Jakarta Timur atau tepat di samping Pusat Grosir Cililitan (PGC). Sebanyak 40 Bangunan ludes dilalap si jago merah dalam musibah kebakaran kali ini. Dugaan sementara, kebakaran diduga akibat tabung gas berukuran tiga kilogram yang meledak di salah satu rumah warga yakni, Budiman (40). Dua warga yang belum diketahui identitasnya jatuh pingsan dalam musibah ini. Selain itu, warga lainnya bernama Junaedi (18) mengalami luka di lengan sebelah kiri. Kebakaran yang terjadi sekitar pukul 09.30 ini baru dapat dipadamkan pukul 11.00.

Informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan, warga melihat kobaran api membesar dari rumah milik Budiman alias Budi. Dugaan sementara api berasal dari tabung gas ukuran tiga kilo yang saat itu tengah digunakan untuk memasak. Dalam sekejap, api langsung membesar dan merembet ke bangunan yang ada di sekelilingnya. Selain rumah, api juga membakar belasan kios dan warung yang terletak di Jl Mayjend Sutoyo. Warga juga terlihat berusaha memadamkan api menggunakan peralatan seadanya. Namun, usaha warga tak berhasil bahkan Api justru semakin membesar.

Rafi (32), warga yang juga korban kebakaran menuturkan, dirinya tak tahu persis asal api tersebut. Namun, menurut warga dan sejumlah petugas api diduga berasal dari rumah kontrakan yang dihuni Budiman. Melihat api, ia langsung menyelamatkan istri dan dua anaknya yang masih balita ke pinggir Jl Mayjend Sutoyo. Sedangkan barang-barang berharga miliknya tak berhasil ia selamatkan dan ludes beserta rumah kontrakan yang dihuninya.

Diungkapkan Rafi, dari rumah kontrakan Budiman, ia sering mendengar suara seperti tabung gas yang sedang dipukul menggunakan benda lainnya. Tetangganya itupun tidak pernah meminta tolong untuk memperbaiki atau memasang tabung gas ke kompor. "Apinya langsung membesar dan sudah membakar atap rumah Budiman. Semua warga langsung panik dan berteriak ada kebakaran," ujar Rafi, Jumat (13/4)

Kasie Operasi Sudin Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Damkar dan PB) Jakarta Timur, Idris DN mengatakan, dugaan sementara kebakaran dipicu oleh ledakan yang berasal dari tabung gas ukuran tiga kilogram. Tidak ada korban jiwa dalam musibah ini. Hanya saja, warga yang belum diketahui identitasnya sempat jatuh pingsan dan seorang warga lainnya terluka. Utuk memadamkan kobaran api, pihaknya mengerahkan sebanyak 20 unit mobil pemadam kebakaran. "Dugaan sementara kebakaran dari tabung gas yang meledak. Namun untuk memastikannya, masih perlu dilakukan penyelidikan bersama aparat kepolisian," katanya.

Pantauan beritajakarta.com di sekitar lokasi kejadian, akibat kebakaran tersebut, Jl Mayjend Sutoyo langsung ditutup. Terutama mulai dari depan PGC hingga depan kantor Badan Kepegawaian Nasional (BKN), yang berjarak sekitar 500 meter. Badan jalan dan trotoar yang kosong ini dimanfaatkan warga untuk mengevakuasi barang-barang berharganya. Sedangkan lalu lintas terpaksa hanya digunakan lajur sebelah selatan untuk dua arah.

Alhasil, kemacetan lalu lintas pun tak terhindarkan mencapai kurang lebih dua kilometer. Kemacetan juga terjadi di Jl Raya Dewi Sartika dan Jl Raya Bogor akibat kebakaran tersebut. Sejumlah barang milik warga juga masih dibiarkan menumpuk di tengah jalan dan trotoar tersebut.

Harga Eceran Premium di Kepulauan Rp 20.000 Per Liter

LEWOLEBA, KOMPAS.com — Harga eceran bahan bakar minyak di kabupaten kepulauan mencapai Rp 10.000 hingga Rp 20.000 per liter. Kenaikan harga tersebut diduga karena ada penimbunan dan monopoli penjualan BBM di kabupaten itu.
Di Lembata, Nusa Tenggara Timur, misalnya, harga eceran Premium Rp 20.000 per liter, solar Rp 15.000 per liter, dan minyak tanah Rp 10.000 per liter. Di kecamatan terpencil, Premium dan minyak tanah bahkan sulit diperoleh.
Penjualan BBM di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum di Lewoleba dibatasi dari pukul 10.00 hingga pukul 13.00 Wita. Konsumen selalu khawatir tidak kebagian BBM sehingga terjadi antrean kendaraan sejak pukul 05.00 Wita untuk mendapatkan tempat terdepan atau minimal kebagian pengisian BBM pada hari itu.
Wakil Bupati Lembata Viktor Mado Watun, yang  dihubungi Rabu (12/4/2012) ini, mengatakan, Pertamina tidak sepenuh hati melayani kabupaten-kabupaten kepulauan, seperti Lembata.
Setiap pekan, tiga tangki BBM masing-masing berisikan 5.000 liter BBM—terdiri dari Premium, solar, dan minyak tanah—dari Maumere masuk ke Lewoleba. BBM melayani warga Lewoleba dan 11 kecamatan di daerah itu.
Terkait dengan kondisi itu, anggota DPRD Sabu Raijua, Yusak Robo, mengatakan, masalah BBM di kabupaten kepulauan tidak pernah mendapat tanggapan serius dari Pertamina karena mereka lebih mempertimbangkan keuntungan daripada pelayanan. Sabu Raijua selama ini dilayani pengusaha dari Kupang.
Sabu Raijua berbatasan dengan Australia dan BBM saja sulit didapat. "Setiap terjadi cuaca buruk, harga melonjak sampai Rp 15.000 per liter, bahkan terkadang sampai Rp 20.000 per liter," kata Robo.
Setiap pekan, 1.000 liter BBM (Premium, solar, dan minyak tanah) masuk ke Sabu Raijua dengan perahu motor swasta. Jika terjadi gelombang tinggi dan angin kencang, di kabupaten itu terjadi kelangkaan BBM sampai dua pekan.

Disperindag selidiki modus pengoplosan minyak tanah

Jambi (ANTARA News) - Dinas Peridustrian dan Perdagangan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi, tengah menyelidiki modus pengoplosan minyak tanah di daerah itu.

"Dari temuan di lapangan, 80 persen minyak tanah yang beredar di Tanjung Jabung Timur adalah hasil oplosan," kata Kepala Dinas Peridustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Tanjung Jabung Timur Ibnu Hayat hari ini di Muarasabak.

Ia menjelaskan, dimulainya program konversi minyak tanah ke gas di Provinsi Jambi yang diberlakukan pertengahan 2011 menyebabkan minyak tanah di sejumlah daerah termasuk Tanjung Jabung Timur menjadi langka.

Kondisi tersebut dimanfaatkan beberapa oknum tidak bertanggung jawab menjual minyak tanah yang dioplos dengan bahan bakar lainnya seperti premium.

"Apalagi masih banyak warga Tanjung Jabung Timur yang masih bergantung pada minyak tanah meski program konversi telah dimulai," katanya.

Ibnu mengatakan, dari penyelidikan di lapangan diketahui minyak tanah yang beredar telah berubah warna menjadi kehitaman atau kecokelatan tidak seperti minyak tanah biasa.

Perubahan warna itu, kata dia, karena telah dicampur dengan berbagai bahan minyak lain, dan yang lebih berbahaya jika dioplos dengan premium karena berpotensi meledak saat dinyalakan.

"Untuk mengantisipasi banyaknya modus pengoplosan minyak tanah, Disperindag tengah melakukan pendataan terhadap para pengecer atau agen minyak tanah di daerah ini," katanya.

"Kami juga telah berkoordinasi dengan pihak kepolisian. Pengoplosan minyak tanah merupakan tindakan pidana, melanggar UU Nomor 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen," katanya.

Pelaku dapat diancam hukuman pidana penjara paling lama lima tahun kurungan serta membayar denda paling banyak Rp2 miliar.
(KR-BS)


Editor: Fitri Supratiwi

Truk Tangki & 22 Drum Minyak Tanah Diamankan

SIANTAR- Sebanyak 1 unit truk tangki minyak tanah non subsidi diamankan polisi di depan rumah tukang bakso keliling di Jalan Singosari Kelurahan Banten, Siantar, Kamis (5/4). Bersama truk ditemukan 22 drum, 1 unit mesin genset. Namun tidak seorang pun warga mengetahui siapa pemilik truk dan drum itu, mereka kompak tutup mulut.
Menurut Ahmad Suandi (55), warga sekitar menyebutkan, truk tangki yang parkir di depan rumah Paidi (50), baru hari itu mereka lihat. Ia juga mengaku tidak tahu siapa pemilik truk dan drum-drum berisi minyak tanah tersebut. “Kurang tahu saya dari mana minyak ini, siapa pemiliknya. Kita juga baru melihat hari ini begitu ada keramaian saya langsung datang,” aku Suandi. Ia menduga, si pemilik minyak tanah tersebut menumpang di halaman rumah milik Paidi, si tukang bakso keliling. Uniknya, Marikem (40) istri Paidi, pemilik halaman rumah tempat truk dan drum-drum tersebut ditemukan mengaku tidak tahu siapa pemilik minyak tanah tersebut.
“Tadi pagi saat berangkat kerja, saya tidak ada melihat truk dan drum di halaman rumah,” kata Marikem. Dia menyebutkan, setiap pagi pukul 08.00 WIB, ia sudah berangkat kerja. Suaminya juga sudah bergerak untuk jual bakso keliling. Sementara dua anaknya juga tidak ada di rumah sebab pergi ke sekolah. “Jadi saya sendiri tidak tahu siapa pemilik minyak tanah itu,” kata Marikem. Tetangga Paidi, Ngatimin, juga tidak tahu. Hampir semua warga Jalan Singosari mengaku tidak tahu siapa pemilik drum berisi minyak tanah tersebut. Pemilik bengkel las yang dijuluki si Om juga mengaku tidak tahu siapa yang empunya drum-drum tersebut. “Jujur Bang, saya tidak tahu, kita baru saja datang,” katanya. Lurah Banten Isman kepada METRO, menuturkan, ia sendiri tidak tahu siapa pemilik minyak tanah itu. “Saya pun tak tahu siapa pemiliknya. Warga juga sudah kita tanyai, tapi mereka mengaku tidak tahu,” katanya. Kapolres Siantar AKBP Alberd Sianipar memerintahkan agar memberikan police line. ”Tolong kalian beri police line ya,” ujarnya. Kasat Reskrim AKP Azaruddin mengatakan, untuk sementara truk tangki minyak tanah non subsidi, drum-drum berisi minyak tanah dan mesin genset penyedot minyak tanah diamankan. Ketika ditanya kalau memang tidak ada masalah lalu kenapa dipolice line, AKP Azarudin mengatakan, tugas polisi untuk melakukan pengamanan.
Kedatangan polisi diduga sudah bocor. Sebab kata warga yang meminta namanya tidak dikorankan, truk itu datang pukul 11.00 WIB. Kemudian supir dan kernetnya bongkar muat. Minyak tanah dari truk tangki disedot pakai mesin penyedot kemudian dipindahkan ke drum kosong yang disusun rapi di depan rumah Paidi. Amatan METRO, di lokasi penemuan truk tangki BK 9737 CB berkapasitas 5.000 liter dan drum-drum berisi minyak tanah itu ramai warga. Kehadiran polisi mengundang perhatian warga, termasuk pengguna jalan raya. Beruntung sejumlah personel Sat Lantas yang diturunkan ke lokasi untuk mengatur arus lalu-lintas sehingga tidak sampai terjadi kemacetan.(dro/mag 1)

Pemkot Palangka Raya kebingungan atasi mahalnya harga minyak tanah

Palangka Raya (ANTARA News) - Pemerintah Kota (Pemkot) Palangka Raya melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) mengaku kebingungan untuk mengatasi mahalnya harga minyak tanah (mitan) di kalangan pengecer yang ada di kawasan setempat.

"Saat ini harga mitan di pengecer mencapai Rp9.000-Rp10.000 per liter, namun kami tidak bisa berbuat banyak sebab tidak memiliki dasar hukum untuk mengambil tindakan, mengingat harga eceran tertinggi (HET) hanya berlaku di pangkalan bukan di tingkat pengecer," kata Kepala Disperindagkop Palangka Raya, Djuan, di Palangka Raya, Kamis.

Djuan mengatakan, mahalnya harga mitan di kalangan pengecer tidak hanya terjadi di Palangka Raya, tapi hampir disemua daerah yang ada di Kalteng.

Saat ini pihaknya hanya bisa memantau harga di pangkalan. Sebab ada aturan daerah yang mengatur masalah HET mitan di pangkalan, sehingga apabila ada yang melanggar hal tersebut, maka pengusaha pangkalan mitan dapat kena sanksi.

"Saat ini kami sedang berupaya membuat aturan untuk tingkat pengecer mitan yang bekerjasama dengan Dinas Pertambangan dan Energi Palangka Raya. Rencananya pada tingkat pengecer akan dibuat aturan yang mengatur HET," ucapnya.

Menurutnya, sampai saat ini pihaknya masih belum bisa menjelaskan berapa rencana HET untuk tingkat pengecer dan apa sanksi yang diberikan apabila melanggar ketentuan tersebut. Sebab, sekarang ini masih dilakukan pendalaman dan mendengarkan pendapat dari berbagai kalangan masyarakat.

"Kalau aturan tersebut sudah disahkan, maka Satuan Polisi Pamong Praja bisa melakukan penertiban ketika ada yang menjual harga mitan di atas HET," ujarnya.

Ia menjelaskan, harga mitan di pangkalan wajib Rp3.600 per liter dan memprioritaskan penjualan masyarakat sekitar dibandingkan orang yang akan menjual lagi. Namun, apabila ditemukan melebihi harga tersebut dan tidak memprioritaskan pelayanan kepada masyarakat maka akan ditindak serta diberi sanksi dengan mencabut izinya.

"Kalau ada pangkalan mitan yang tidak mematuhi aturan tersebut, silahkan masyarakat segera melaporkannya kepada kami. Dengan catatan, harus dilengkapi dengan bukti yang jelas, kalau terbukti akan diberikan teguran bahkan sampai dengan dicabut perizinannya," jelas Djuan.

Selain itu, ia juga mengimbau agar masyarakat Palangka Raya saat ini lebih menggunakan kompor gas dibandingkan kompor minyak, sebab memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat sendiri. (ANT)

Editor: B Kunto Wibisono

Gas 3 Kg Capai Rp35 Ribu di Kapuas Hulu

PONTIANAK - Sangat mengejutkan harga gas elpiji 3 kilogram (kg) mencapai Rp30 ribu di Kabupaten Kapuas Hulu, Pontianak, Kalimantan Barat.

Pedagang gas asal Kecamatan Bunut Hulu Kabupaten Kapuas Hulu, Hamzah (50) mengatakan, kenaikan ini sedikit berkurang dari beberapa bulan sebelumnya yang bisa mencapai Rp33 ribu bahkan hingga Rp35 ribu. “Kalau sekarang untuk harga gas 3 kg mencapai Rp35 ribu,” ungkap Hamzah kepada okezone via selular, Minggu (8/4/2012).

Menurutnya, harga normal yang biasa dia jual untuk sekitar Kecamatan Bunut Hulu dan beberapa daerah sekitar paling mahal hanya Rp20 ribu hingga Rp22 ribu. “Paling mahal itu juga kalau lagi cuaca tidak bagus seperti hujan dan menghambat datangnya gas bisa capai Rp22 ribu, itu juga udah paling mahal,” katanya.

Hamzah juga mengakui, ketiadaan distributor di Kapuas Hulu sedikit dipersulit oleh Pertamina Kapuas Hulu dalam kaitannya membuat izin menjadi distributor yang sama sekali belum ada di kabupaten tersebut.

“Kalau kami ingin menjadi distributor sangat-sangat dipersulit dan lama, jadi tidak ada distributor. Masyarakat juga jadi malas mengurus menjadi distributor pada akhirnya. Sehingga kami membeli gas dari truk ekspedisi dengan harga yang sudah tinggi,” papar Hamzah menyayangkan.

Meski harga yang melonjak tinggi tersebut dirasakan sangat sulit untuk dipasarkan di Kapuas Hulu, namun Hamzah bersyukur tidak mempengaruhi penjualan gas elpiji 3 Kg dan masih dicari oleh masyarakat Bunut Hulu.

“Alhamdulillah masyarakat masih membeli karena sekarang mau pakai apa? Minyak tanah sudah tidak ada. Masyarakat yang penting ada barangnya dan tidak susah dicari,” terang Hamzah lagi. (wdi)

Minyak Tanah Langka di Maumere

Laporan Wartawan Pos-Kupang.Com, Hilarius Ninu

POS-KUPANG.COM, MAUMERE --
Ibu-ibu rumah tangga di Maumere, Ibukota Kabupaten Sikka, kini kesulitan mendapatkan minyak tanah di pasaran. Hal ini terjadi sejak bergulirnya rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) mulai 1 April 2012 meski akhirnya ditunda. Kalaupun ada, harga yang tertulis di tempat jualan minyak tanah lain, tetapi harganya lain.

"Yang kami heran di pangkalan tulis harga per liter Rp 3.000, tapi dijual per liter Rp 4 ribu sampai Rp 5 ribu. Ini aneh. Ada pangkalan yang sengaja menaikkan harga minyak tanah," tutur  Mbak Sri, penjual gado-gado di dekat Markas Polres Sikka, Selasa (3/4/2012) siang.

Ia menjelaskan, saat ada demo menolak kenaikan harga BBM, minyal tanah di Kabor tempat tinggalnya tidak ada. "Saya dan suami cari sampai ke Wuring. Di sana jual satu liter Rp 6 ribu. Herannya, sekarang di pangkalan dekat rumah kami di papan tertulis harga Rp 3 ribu per liter, tapi dijual satu liter Rp 4  ribu," ungkap Sri.

Nyonya Opi, warga Kota Baru juga merasa heran atas terjadinya kelangkaan minyak tanah di Maumere. "Kami cari di semua tempat yang menjual minyak tanah, tidak ada. Kami ke Pasar Alok satu liter Rp 6 ribu," tuturnya.

Mas Hermanto, juga mempertanyakan perbedaan harga minyak tanah di setiap pangkalan di Maumere. "Di setiap pangkalan harganya beda-beda. Besok lain lusa lain harganya. Di pangkalan minyak tanah tidak ada, tapi di kios ada. Harganya mahal sekali sampai Rp 6 ribu per liter," kata Herimanto, di Kota Baru.

Kornelis Soge, pemilik Pangkalan Minyak Tanah Betani Kota Uneng, mengatakan, di pangkalan minyak tanah di Kota Uneng sudah ada 100 jerigen yang disimpan warga di kios.  Mereka simpan karena minyak tanah  langka di Maumere.

"Jadi, mereka simpan kalau minyak tanah ada, saya langsung isi. Sampai sekarang minyak tanah belum ada. Mau paskah minyak tanah susah di Maumere," kata Soge.

Ceis, nama panggilan Kornelis setiap hari, kepada Pos Kupang menunjuk jerigen minyak tanah warga yang disusun di samping rumahnya. Jerigen berukuran lima  liter itu belum terisi minyak tanah dan masih disusun rapi.

Biasanya, kata Ceis, setiap minggu ada tiga kali pengisian tetapi sudah dua pekan ini seminggu satu kali pengisian. Pihak pangkalan merasa kebingungan dengan tidak lancaranya pengisian minyak tanah di pangkalan.

"BBM kan tidak naik, mengapa minyak tanah  ikut langka. Kemarin ramai-ramai demo menolak rencana kenaikan harga BBM, minyak tanah susah dicari. Di pangkalan saya saja susah. Ini ada apa. Jangan-jangan sengaja ditimbun. BBM tidak naik kenapa minyak tanah susah lagi," kata Ceis.

Ia menjelaskan, pemerintah harus segera melakukan pengecekan dan berkoordinasi dengan Agen Minyak Tanah di Sikka. "Masa mau paskah minyak tanah langka lagi," kata Ceis.

Editor : sipri_seko

Pemerintah Harus Awasi Harga Gas 3 Kg Hingga ke Pelosok

PONTIANAK - Kesiapan PT Pertamina (Persero) terkait konversi minyak tanah ke gas yang merupakan program pemerintah dipertanyakan. Terutama untuk distribusi gas 3 kilogram (kg) hingga daerah-daerah yang jauh dan memerlukan waktu lama dari Kalbar, seperti Kabupaten Kapuas Hulu, Pontianak, Kalimantan Barat.

“Karena untuk pendistribusian gas ke beberapa daerah seharusnya ditanggung oleh pihak Pertamina sehingga kenaikan harga yang melambung tinggi ini kita pertanyakan,” tegas Anggota DPRD Kalbar Andi Aswad, Minggu (8/4/2012).

Di mana harga gas elpiji 3 kilogram (kg) mencapai Rp30 ribu di Kabupaten Kapuas Hulu. Pengawasan dari pemerintah, dikatakan Andi Aswad harus dilakukan terkait penetapan harga sehingga para distributor tidak sembarangan menetapkan harga. Soalnya jarak Kapuas Hulu yang harus ditempuh hingga 600 kilometer (km) dari Kota Pontianak dengan waktu kurang lebih 15-16 jam. Seharusnya pengawasan dari Pemerintah terhadap petugas Pertamina hingga ke pelosok-pelosok daerah tetap dilakukan.

“Pengawasan dari pemerintah yang penting dan harus ada regulasi standar dari Pertamina yang diketahui pemerintah. Sehingga para distributor tidak sembarangan menaikkan harga. Jadi tidak dilepas seperti saat ini,” sesal legislator asal Kapuas Hulu ini.

Dia menambahkan, selain pengawasan pemerintah juga seharusnya melakukan kontrol terkait hajat hidup orang banyak, termasuk harga standar dari gas 3 kg agar dapat mensukseskan konversi dari minyak tanah ke gas.

“Dengan adanya kontrol dari pemerintah tidak lagi masyarakat dirugikan dengan pihak-pihak yang memiliki kuasa penuh atas ketetapan harga. Apalagi tidak ada ketentuan mengenai harga yang sudah ditetapkan,” pungkas Andi Aswad. (wdi)

Warga Sorawolio Antri Minyak Tanah

INILAH.COM, Baubau - Warga Kecamatan Sorawolio, Kota Baubau terlihat menganti jatah minyak tanah Kamis (5/4). Antarian yang mencapai panjang mencapai 50 meter tersebut melibatkan anak anak dan orang tua yang menunggu sejak siang hari.

Anti, salah seorang ibu rumah tangga mengatakan, untuk setiap jatah yang diberikan hanya 20 liter dengan harga Rp 4000 perliternya.

Jumlah tersebut diberikan untuk kebutuhan selama satu bulan. "Kalau stok minyak tanah sudah habis terpaksa kami menggunakan kayu bakar yang diambil dari kebun dan hutan. Hanya saja jika musim hujan kayu-kayu basah sehingga warga kesulitan untuk mendapatkan kayu, "kata Anti.

Sementara, ibu Irma distributor minyak tanah di Kec Sorawolio mengatakan, stok kebutuhan minyak tanah di Kecamatan Sorawolio yang disediakan hanya 5 ton dalam sebulan. Untuk itu, pihaknya sengaja dalam membatasi pembelian minyak anah warga paling banyak 20 liter.

"Yang kami layani empat kelurahan, yakni Kelurahan Bugi, Kaisabu, Gonda baru dan Karya Baru. Untuk stok bulan ini tidak mencukupi karena masih banyak warga yang belum mendapatkan jatah, "tutur Irma.

Irma berharap, untuk memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat Kecamatan Sorawolio, seharusnya pihak agen lebih meningkatkan jatah minyak tanah kepada distributor.[dit]

DPRD Mimika tengarai ada monopoli penjualan BBM

Timika (ANTARA News) - Sekretaris Komisi B DPRD Mimika, Luther Wakerkwa menengarai adanya praktik monopoli penjualan bahan bakar minyak (BBM) di Timika oleh seorang pengusaha.

"Ini monopoli perdagangan luar biasa. Seorang pengusaha yang sudah memiliki SPBU tidak boleh diberikan ijin sebagai Agen Premium, Minyak tanah dan Solar (APMS)," kata Luther di Timika, Selasa.

Luther mengatakan, dari penjelasan Asisten Pengawas Jober Pertamina Timika, Yakop Rumpa, diketahui bahwa pengusaha Abdul Malik yang memiliki SPBU Buana Agung di Jalan Hasanuddin Timika ternyata juga merupakan pemilik APMS Narimenegelem yang terletak di kawasan Kampung Hiripau.

APMS Narimenegelem sebelumnya dimiliki oleh seorang pengusaha putra daerah, Manfred Magal. Namun yang bersangkutan tidak mampu mengelola APMS tersebut sehingga dijual kepada pengusaha Abdul Malik.

Setiap bulan APMS Narimenegelem mendapat alokasi 50 ton premium dan lima ton solar.

Luther meminta Pertamina meninjau kembali pemberian ijin usaha APMS Narimenegelem tersebut karena pemiliknya sudah mendapat izin mengelola SPBU.

"Ini tidak boleh. Masa dia sudah punya SPBU, tapi masih kelola APMS. Seharusnya Pertamina memberdayakan pengusaha putra daerah untuk kelola APMS," ujar Luther, wakil rakyat dari PAN.

Ia mengaku khawatir jangan sampai jatah BBM untuk SPBU dialokasikan untuk APMS. Apalagi konsumen yang membeli BBM bersubsidi di APMS tidak jelas, sehingga dikhawatirkan BBM bersubsidi tersebut dijual ke luar daerah dengan harga tinggi.

Selain APMS Narimenegelem, APMS yang beroperasi di Timika yaitu APMS Tenang Papua yang mendapat alokasi 50 ton premium dan lima ton solar.

Data yang dihimpun ANTARA dari Jober Pertamina Timika menyebutkan, setiap bulan alokasi BBM yang disalurkan Jober Pertamina ke semua SPBU, APMS di Timika, Asmat dan Yahukimo serta kebutuhan PLN Timika mencapai lebih dari 6.000 ton.

Khusus PLN Timika setiap bulan mendapat alokasi BBM jenis solar sebanyak 2.700 ton.

Kalangan DPRD Mimika mensinyalir kuota BBM untuk Mimika selama ini dijual ke kabupaten tetangga sehingga memicu krisis premium di Timika yang sudah berlangsung lebih dari tiga pekan terakhir. (E015/A011)

Editor: B Kunto Wibisono

Kapolda Jatim: penyebab ledakan bukan bom

Kediri (ANTARA News) - Kepala Polisi Daerah Jawa Timur (Kapolda Jatim), Irjen Pol Hadiatmoko menegaskan penyebab ledakan yang terjadi di rumah warga di Kelurahan Ngronggo, Kecamatan Kota, Kediri, Jawa Timur, bukan karena bom.

"Tidak ada bom kejadian ini. Dugaan sementara ledakan terjadi karena kebocoran tabung elpiji," kata Kapolda yang datang ke lokasi kejadian, Jumat.

Ia mengatakan, tim masih melakukan penyelidikan ke lokasi rumah yang meledak tersebut. Saat ini, mereka memastikan dengan memeriksa sejumlah bukti-bukti yang menguatkan dugaan itu, di antaranya memeriksa pemanas air listrik atau dispenser yang diduga ada terjadi arus pendek, hingga terkena gas dan meledak.

Pihaknya juga menegaskan, perayaan Paskah yang dilakukan umat Kristen sejak Kamis malam berjalan cukup lancar. Pihaknya telah menerjunkan sampai 14.000 petugas untuk mengawal pelaksanaan Paskah.

"Pelaksanaan cukup bagus, dan kami harap tidak ada halangan," katanya.

Walaupun ada dugaan ledakan itu karena kebocoran tabung elpiji bluegas ukuran 5,5 kilogram itu, Kapolda mengatakan tetap akan menerjunkan Tim Labfor Mabes Polri Cabang Surabaya. 

"Mereka masih dalam perjalanan. Kami terjunkan mereka untuk olah TKP (tempat kejadian perkara, red)," ucapnya.

Kapolda juga mengatakan, dalam musibah itu empat penghuni rumah dalam keadaan selamat. Mereka tidak terluka. Mereka hanya terlihat masih kaget dengan kejadian tersebut.

Untuk kerusakan, Kapolda yang didampingi Kepala Polres Kediri Kota, AKBP Ratno Kuncoro itu mengatakan memang ada kerusakan di dalam rumah tersebut, di antaranya di bagian dapur, kamar, termasuk pintu maupun jendela di bagian dalam rumah tersebut.

Sebelumnya, terjadi ledakan di dalam rumah yang terletak di Jalan Supersemar, Kecamatan Kota Kediri yang terjadi Jumat dini hari, sekitar pukul 02.00 WIB.

Saat kejadian, empat penghuni rumah yaitu Rodiyah (nenek), Ratnawati (anak) dua dua orang cucu yaitu Kaka dan Sinta sedang tidur. Beruntung, mereka tidak terluka. 

Penghuni rumah itu memang diketahui hanya empat orang. Suami Rodiyah bekerja menjadi sopir bus dan saat ini masih dalam perjalanan pulang ke Kediri, sementara suami dari Ratnawati bekerja pada sebuah perusahaan tambang di Kalimantan.

Petugas masih memasang garis polisi di lokasi kejadian untuk memudahkan pemeriksaan tempat tersebut. Sejumlah petugas dari Brimob Polda Datasemen C Kompi I Kediri juga masih berjaga di lokasi, sambil menunggu tim Labfor. 

Editor: Ella Syafputri

Harga BBM batal naik, kota Ambon langkah minyak tanah

AMBON-Pasca ditundanya kenaikan harga BBM, kelangkaan BBM jenis minyak tanah kini terjadi di kota Ambon. Pantauan tim Aktualita DMS, kelangkaan BBM jenis minyak tanah terjadi di seluruh kelurahan/desa di kota Ambon. Umumnya warga meresahkan Pertamina karena dinilai tidak memasok BBM jenis minyak tanah ke agen-agen minyak tanah di kota Ambon.


Sementara beberapa warga kota Ambon lainnya di kelurahan Benteng Kecamatan Nusaniwe mengatakan kelangkaan BBM jenis minyak tanah akibat dari oknum-oknum warga tertentu yang diduga menimbun minyak tanah pada saat wacana kenaikan harga BBM yang direncanakan pada 1 April 2012. 
 
Harga minyak tanah hingga saat ini pada agen dan pengecer dijual dengan harga Rp. 3500/liter. Harga ini telah melanggar ketentuan harga BBM yang masih berlaku saat ini. Sejumlah pengecer minyak tanah mengaku belum mendapatkan pasokan minyak tanah dari agen-agen minyak di kota Ambon, akibatnya mereka kehabisan stok minyak untuk dijualkan ke masyarakat.
Warga berharap Pemkot Ambon melakukan koordinasi dengan Pertamina untuk menormalisasikan kembali stok minyak di kota Ambon agar tidak langkah seperti yang terjadi pada saat ini. DMS

Minyak Tanah Langka, Ibu-Ibu Antri Bawa Jerigen

Padang, zamrudtv - Hampir semua pangkalan minyak tanah yang ada di Kota Padang diserbu ibu-ibu rumah tangga. Antrean panjang warga dan deretan ratusan jerigen minyak tampak di sebuah pangkalan minyak tanah milik Lidrawati. Puluhan warga rela berdesak-desakkan hingga berjam-jam hanya untuk mendapatkan lima liter minyak tanah.

Seperti juga di pangkalan minyak tanah di kawasan Ampang, Alai Timur, Kota Padang (28/03). Pemilik pangkalan kewalahan, sehingga mengharuskan warga yang membeli dengan menggunakan kartu keluarga.

Menurut warga, biasanya dalam satu bulan, mereka bisa membeli dua kali di pangkalan ini. Masing-masing warga dijatah sepuluh liter dengan harga Rp3.300 per liternya. Namun sekarang warga hanya dijatah lima liter setiap bulan. Hal ini membuat warga takut akan terjadinya kelangkaan minyak tanah. Walaupun minyak tanah di pangkalan tersebut sudah habis, namun warga masih tetap mengantre. (eri/zamrudtv.com)

Gas Bocor, Nenek Nyaris Terpanggang

Negara (Bali Post) -

Diduga akibat selang regulator gas kompor elpiji bocor, Gusti Ayu Made Toya, seorang nenek asal Banjar Tengah, Mendoyo Dauh Tukad nyaris terbakar, Selasa (3/4) kemarin. Saat itu nenek berumur 65 tahun itu berada di dapur untuk melihat masakan.

Sesudah menyalakan api kompor, regulator tabung gasnya bocor hingga mengeluarkan api. Korban kemudian melihat nasi yang dimasaknya apakah sudah matang atau belum. Di saat melihat itulah tiba-tiba terdengar suara ledakan seperti ban pecah dari dalam dapur. Ternyata sumber

suara itu dari tabung gas yang bocor. Tabungnya pun nyaris meledak, beruntung korban langsung mematikan api di kompor.

Pemilik rumah Gusti Made Subibandia mengatakan sebelumnya memang regulator sempat rusak, dan sempat mengeluarkan api. Akibat kejadian itu kaki korban mengalami luka bakar dan langsung dilarikan ke UGD RSUD Negara. Klian Banjar Tengah I Gusti Komang Binaharta, kemarin langsung datang ke lokasi selanjutnya membawa korban ke UGD. (kmb26)

Konversi Minyak Tanah, Pemerintah Diuntungkan

VIVAnews - Badan Pemeriksa Keuangan menilai program konversi minyak tanah ke elpiji yang diprakarsai pemerintahan SBY-JK cukup efektif dan berhasil menghemat dana subsidi BBM hingga Rp20,99 triliun.

Ketua BPK Hadi Purnomo menjelaskan, instansinya telah memeriksa kinerja program konversi minyak tanah ke elpiji itu dengan memfokuskan audit terhadap dua objek pemeriksaan, yaitu pelaksanaan pengadaan dan pendistribusian paket perdana tabung elpiji 3 kg oleh PT Pertamina (Persero).

"Pelaksanaan dan pendistribusian paket perdana tabung 3 kg oleh Pertamina cukup efektif," katanya dalam rapat Paripurna DPR di Jakarta, Selasa 3 April 2012.

Walaupun begitu, BPK memberikan catatan  bahwa pelaksanaan program tersebut belum didukung manajemen yang baik. Salah satunya, soal kurangnya perencanaan yang memadai.

BPK telah merekomendasikan kepada lembaga yang diperiksa agar melakukan langkah-langkah perbaikan, antara lain menetapkan pedoman kerja sesuai ketentuan yang berlaku, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, memperbaiki pengawasan dan pengendalian, serta mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran.

Data Kementerian Energi dan Sumber Daya, sejak 2007 hingga 2010, pemerintah telah menarik minyak tanah 6,9 juta kiloliter (kl). Akibatnya, penghematan anggaran subsidi mencapai Rp37,08 triliun.

Dari penghematan tersebut, Rp25,64 triliun diserahkan kembali ke APBN untuk program subsidi lainnya. "Sementara sisanya Rp11 triliun untuk pengadaan paket kompor dan tabung elpiji yang dibagikan gratis pada masyarakat," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Evita Herawati Legowo, beberapa waktu lalu.

Meski demikian, pengamat energi Pri Agung Rakhmanto mengatakan, hakikatnya penghematan ini tidak ada angkanya. Sebab, pemerintah membandingkan dengan kata seandainya. "Seandainya subsidi minyak tanah tetap dilakukan, maka pemerintah bisa hemat sekian triliun," katanya.

Berperang dengan subsidi
Permasalahan yang dihadapi dalam penyediaan energi, khususnya bahan bakar minyak adalah tingginya subsidi yang harus ditanggung pemerintah. Subsidi BBM terdiri atas subsidi untuk premium, solar, dan minyak tanah.  Subsidi BBM meningkat dari Rp59,50 triliun pada 2006 menjadi sekitar Rp61,01 triliun pada 2010 dan sebesar 11,80% - 57,28% dari itu merupakan subsidi minyak tanah.

Untuk mengurangi subsidi minyak tanah yang semakin tinggi, pemerintah menetapkan program konversi minyak tanah ke LPG melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 104 Tahun 2007 tanggal 28 November 2007 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga Elpiji Tabung 3 kg.  Melalui program ini, masyarakat pengguna minyak tanah diharapkan akan beralih ke elpiji.

Hal penting yang terkandung dalam Perpres ini adalah penyediaan dan pendistribusian elpiji tabung 3 kg hanya diperuntukkan bagi rumah tangga dan usaha mikro yang menggunakan minyak tanah untuk memasak dan tidak mempunyai kompor gas. Sedangkan pelaksanaan penyediaan dan pendistribusian elpiji 3 kg diawali dengan memberikan secara gratis tabung elpiji 3 kg beserta isi, kompor, selang, dan regulator kepada rumah tangga dan usaha mikro.

Berikut hasil pemeriksaan BPK atas program konversi minyak tanah ke elpiji:
Hasil pemeriksaan kinerja atas Program Konversi Mitan ke elpiji masih  menunjukkan kelemahan-kelemahan yang berdampak kepada efektivitas  dan kehematan, di antaranya sebagai berikut.

• Pelaksanaan Program Konversi Minyak Tanah ke elpiji 3 kg kurang didasarkan pada perencanaan yang memadai. Hal tersebut antara lain terjadi karena pembagian tugas yang dibebankan oleh Wakil Presiden tidak ditindaklanjuti dengan perencanaan kegiatan yang lebih komprehensif dan resmi, serta tidak didukung penyediaan anggaran oleh  masing-masing instansi terkait.

• Revisi target Program Konversi Minyak Tanah ke elpiji 3 kg tanpa dukungan  anggaran yang memadai. Hal tersebut terjadi karena kebijakan Wakil  Presiden yang merevisi target konversi tidak ditindaklanjuti dengan  penetapan melalui surat keputusan Menteri ESDM dan Menteri  Keuangan.

• Duplikasi pendataan calon penerima paket perdana Tahun 2008  mengakibatkan ketidakhematan senilai Rp3,82 miliar. Hal tersebut terjadi karena PT Pertamina (Persero) tidak memberitahukan data pendistribusian paket perdana kepada Ditjen Migas sesuai ketentuan  dalam SOP.

• Pendistribusian paket perdana elpiji 3 kg kurang tepat sasaran. Hal tersebut terjadi karena konsultan pencacahan/pendataan dan pendistribusian lalai dalam melaksanakan tugasnya dan tidak adanya pengawasan lebih  lanjut atas penggunaan elpiji 3 kg bersubsidi.

• Sebanyak 163 paket perdana elpiji tabung 3 kg di Provinsi Kalimantan Selatan terlambat diterima masyarakat. Hal tersebut terjadi karena  PT Pertamina (Persero) kurang cermat dalam membuat kontrak/surat 86 perjanjian borongan distribusi yang di dalamnya terdapat ketidaksesuaian  klausul metode pelaksanaan pendistribusian antara kontrak, SOP  Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pengalihan Minyak Tanah ke elpiji Tahun  2010, dan kick of meeting.

Terhadap kelemahan-kelemahan tersebut, BPK telah merekomendasikan kepada:
• Pemerintah agar menetapkan secara jelas tugas pokok dan fungsi tiap-tiap instansi dalam pelaksanaan Program Konversi Mitan ke elpiji 3 kg, serta menetapkan perencanaan yang sesuai dengan tugas pokok  dan fungsi tiap-tiap instansi dan mengalokasikan anggarannya secara  memadai;

• Menteri ESDM agar
A.  Meningkatkan koordinasi dengan Menteri Keuangan untuk  menuntaskan pembayaran kepada PT Pertamina (Persero) sesuai  peraturan perundang-undangan yang berlaku;

B.  Menegur PT Pertamina (Persero) atas kelalaiannya tidak memberikan  data dan informasi kepada Ditjen Migas;

C.  Menginstruksikan Dirjen Migas agar melakukan evaluasi lebih  mendalam atas ketepatan sasaran dan keberlanjutan penggunaan  elpiji 3 kg serta meningkatkan pengawasan terhadap konsultan  pencacahan dan distribusi; dan

D.  Melakukan pengawasan secara intensif atas pelaksanaan subsidi di  lapangan:
• Dirjen Migas untuk memerintahkan Direksi PT Pertamina (Persero)  menegur pembuat kebijakan dalam  kick off meeting yang melanggar  ketentuan dalam kontrak; dan
• PT Pertamina (Persero) agar meningkatkan pengawasan terhadap  konsultan pencacahan dan distribusi serta meningkatkan penyediaan  infrastruktur elpiji 3 kg. (sj)

Wow, Harga Minyak Tanah Rp 11 Ribu per Liter

Oleh: Berita Khatulistiwa
Rabu, 4 April 2012, 04:04 WIB
INILAH.COM, Duri - Minyak tanah langka di kota minyak Duri, Kecamatan Mandau Bengkalis, terutama dalam beberapa hari terakhir. Kalau pun ada, harganya melambung tinggi. Meski HET (harga eceran tertinggi) sekitar Rp8 ribuan, pengecer menjualnya ke konsumen Rp11 ribu per liter. Kenyataan miris tersebut kontan saja membuat warga yang masih memanfaatkan minyak tanah ketar-ketir.

Sudahlah harganya selangit, mencarinya pun sangat susah. Hampir setiap kios barang harian kehabisan stok. Minyak tanah tidak masuk, begitu alasan pemilik kios yang biasa jualan minyak tanah. Krisis minyak tanah di negeri penghasil minyak ini pun berdampak langsung terhadap usaha kecil yang sangat membutuhkan minyak tanah.

Misalnya Jasman (54), pembuat kue basah yang tinggal di Jalan Obor Utama, Duri. "Setelah mencari ke sana-kemari, kemarin (Senin, 2/4) saya hanya dapat beli satu liter. Harganya Rp 11.000. Biasanya hanya Rp 8.500," kata Jasman di tempat jualannya pinggir Jalan Jenderal Sudirman Pasar Simpang Padang Duri.

Menurut Jasman, untuk membuat kue basah, terutama jenis Kue Apam harus pakai minyak tanah. Kalau pakai kompor gas, hasilnya tak bagus dan hangus. Karena usahanya sangat tergantung kepada ketersediaan minyak tanah, Jasman berharap instansi terkait bisa menjamin agar stok minyak tanah tetap tersedia. "Tiap tiga hari, saya butuh lima liter minyak tanah. kalau minyak tanah tak ada, alamat omset saya dari membuat kue apam akan hilang Rp300 ribu per hari," tuturnya.

Kelangkaan minyak tanah itu juga diprihatinkan Ajo Nuar, seorang pemuka masyarakat Jalan Obor, Duri. "Kami tak pakai minyak tanah lagi. Mendengar keluhan pembuat kue ini, batin saya terenyuh. Karenanya, kita minta pemerintah terkait cepat tanggap dan turun mensurvei ke lapangan. Kita juga heran, kenapa di daerah lain stok minyak tanah ada terus dengan harga terjangkau. Disini susah mencarinya dan mahal
pula," paparnya.

Kepala UPT Disperindag Kecamatan Mandau Tengku Farida yang dikonfirmasi Selasa (3/4) kemarin mengaku, hingga kini HET (harga eceran tertinggi) minyak tanah belum naik. "Masih Rp8 ribuan per liter. Kalau 11 ribu, ," ujarnya sembari menyebut akan segera turun ke lapangan untuk melakukan pemantauan.

Ditambahkan Tengku Farida, sejauh ini pihaknya tidak ada mendapat tembusan pemberitahuan dari Pertamina maupun pangkalan tentang jumlah minyak tanah non subsidi yang masuk di Kecamatan Mandau. "Kini siapa pun bisa membeli langsung ke Pertamina. Saya rasa, pangkalan minyak tanah pun tak ada lagi yang mengambil minyak tanah sehingga terjadi kelangkaan," tambahnya.

Kelangkaan Minyak Tanah Akibat Pola Distribusi yang Salah

ENDE, KOMPAS.com -- Bupati Ende Don Bosco M Wangge mengemukakan, kelangkaan minyak tanah yang terjadi di wilayah kota Ende dalam dua pekan terakhir akibat pola distribusi yang salah. Pola penyaluran yang berjalan selama ini dari agen langsung ke pengecer, mangakibatkan distribusi minyak tanah tidak merata.
"Ada daerah yang mendapat pasokan, bahkan terjadi penumpukan, sementara di sisi lain ada daerah yang kekurangan minyak tanah. Saya sudag perintahkan dinas perindustrian dan perdagangan untuk membenahi," kata Don Bosco, Senin (2/4/2012) di Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
Minyak tanah di wilayah kota Ende, seperti di kawasan Perumnas Ende, Jalan Kokos Raya, Jalan Eltari, dan Jalan DI Panjaitan dalam dua pekan terakhir langka.
Don Bosco meminta distribusi minyak tanah dari agen tidak lagi langsung ke pengecer, melainkan harus melewati pangkalan agar kontrol lebih mudah dilakukan. Di kota Ende terdapat sekitar 600 pengecer minyak tanah.
Pada hari yang sama, Don Bosco bersama Wakil Bupati Ende Achmad Mochdar mamantau harga bahan kebutuhan pokok di Pasar Mbongawani, juga harga material bangunan di sejumlah toko dan agen.
Secara terpisah Operation Head Terminal BBM Pertamina Ende, Suprat mengatakan, pihaknya tidak membatasi atau mengurangi suplai minyak tanah ke agen, dan stok tersedia memadai. Pertamina memasok minyak tanah untuk Ende 420 kiloliter per bulan melalui empat agen penyalur.
Suprat memperkirakan, kelangkaan minyak tanah di pengecer karena terjadi pembelian besar-besaran oleh masyarakat, terkait rencana pemerintah menaikkan harga BBM pada 1 April 2012. Masyarakat panik karena dikira harga minyak tanah juga turut naik.
Sementara itu Supervisor PT Karya Sermon Abadi, Magdalena Mbola, salah satu agen minyak tanah menduga, kelangkaan terjadi karena penimbunan. "Mungkin saja ada spekulan yang bermain dengan memborong minyak tanah untuk ditimbun. Sebab dari kami, minyak tanah disalurkan secara rutin sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan," kata Magdalena.